Senin, 24 September 2018

Momen Sempurna dari Hidup yang Tak Sempurna – Review Write Me His Story Karya Ary Nilandari




Judul: Write Me His Story
Penulis: Ary Nilandari
Ilustrasi Sampul dan Isi: Muhammad Kumara Dandi
Penyunting Naskah: Prisca Primasari dan Rangga Saputra
Penerbit: Pastel Books
Terbit: Cet. I, Agustus 2018
Jumlah Halaman: 452
ISBN: 978-602-6716-40-8
Harga: Rp 90.000,-

*Blurb*

Wynter Mahardika tidak pernah menulis buku harian. Untuk apa? Enam belas tahun hidupnya berantakan. Mum, Dad, dan ibu tiri, hanya singgah sesaat lalu membiarkannya tumbuh seperti semak liar. Selain mata biru dan darah British-nya, tidak ada yang menarik untuk dicatat. Kejailannya pada cewek-cewek? Ah, itu cuma pelampiasan kebencian pada makhluk satu itu.

Kemudian muncul Wynn, cowok adik kelas yang serba kebalikan dari Wynter. Wynn meminta Wynter menjadi penggantinya sebagai sahabat untuk Hyacintha dan menulis buku harian bersama cewek itu.

Cewek? Menulis harian pula? Kurang kerjaan banget. Lagian, Wynn mau ke mana?

Setelah Wynn berjanji membantunya meraih kembali keluarga tercinta, Wynter pun menyanggupi. Ternyata tugas itu tidak mudah. Wynter lebih berfokus pada Wynn yang ia sayangi kayak adik sendiri, dan kebenciannya pada cewek susah hilang.

Demi Wynn, Wynter berusaha menjadi sahabat yang baik, tapi masalah baru datang: ia jatuh cinta dengan Hya. Bagaimana ia bisa menjaga amanat Wynn?

********

Write Me His Story, karya pertama Kak Ary Nilandari yang kubaca. Berkisah seorang bocah lelaki korban broken home yang menyerah untuk dicintai kembali. Prasangka membuatnya apatis memandang segala hal terlebih jika itu berkaitan dengan sosok perempuan. Mengenyahkan sesuatu yang sebenarnya dia inginkan. Dia butuhkan.

Aku telah membenci karena tahu, merindu itu lebih menyakitkan. Tapi dengan membenci, ternyata kerinduan juga tidak hilang,
[Halaman 148]

Kehadiran Wynn perlahan mengubahnya. Mencairkan hatinya yang pernah membeku. Akan tetapi waktu mereka terbatas dan masih banyak hal yang harus diselesaikan. Menulis buku harian bersama Hya, sahabat Wynn sejak kecil adalah salah satunya. Mengisi buku yang mereka sebut sebagai WMHS ini jadi rumit ketika perasaan lain diam-diam menjerat Wynter. Ia terancam tak bisa lagi berperan sebagaimana rencana semula.

Kehidupan memang enggak sempurna, tapi punya momen-momen sempurna.
[Halaman 256]


v  Cover, Layout, Ilustrasi
Cover buku yang didominasi warna putih dan biru serta sesosok pemuda kurasa cocok untuk menggambarkan sosok Wynter yang lekat dengan nuansa musim dingin. WMHS yang berjatuhan dengan mengusung warna orange memberikan kehangatan tersendiri. Eye catching! Masih membahas cover, penambahan informasi “The Most Emotional Story on Wattpad” juga menjadi daya tarik bagi pembaca yang sedang mencari buku dengan emosi yang berkecamuk karena memang begitulah gambaran novel ini.

Layoutnya rapi dan nggak bikin boring. Perpaduan format cerita berupa chat line, e-mail, penggalan diary dan sejenisnya merupakan nilai plus tersendiri. Variasi font yang dipakai untuk membedakan dengan cerita utama juga sangat membantu pembaca agar tidak rancu.

Ilustrasi isi, meski tak terlalu banyak, tapi sudah cukup memberi penyegaran pada mata mengingat betapa tebalnya buku ini. kalau boleh disamakan, mungkin gambar di dalamnya setipe ilustrasi komik atau webtoon. Satu detail yang rasanya mengganjal adalah ilustrasi di halaman 240 di mana rambut Hya digambarkan tergerai, padahal di halaman 241 diterangkan Hya sedang kucir satu. Detail remeh tapi semoga bisa lebih diperhatikan ke depannya.

v  Tema, Judul
Mengangkat tema keluarga, persahabatan serta hidup. Membuka mata kita lebih memeperhatikan dan menghargai apa yang masih kita genggam. Tak lupa dihiasi bumbu romansa ala anak ABG yang menggemaskan serta selipan selentingan agama dan perjalanan spiritual salah seorang tokoh di dalamnya membuat novel ini makin kaya.

Tentang pengingkaran dan kemarahan. Tentang ketidakberdayaan dan keputusasaan. Lalu, pada akhirnya, kepasrahan dan penerimaan.
[Halaman 94]

Write Me His Story yang diusung sebagai judul novel begitu erat kaitannya dengan benang merah cerita berupa buku diary WMHS. Hanya saja kepanjangan WMHS sendiri memang multitafsir. Bahkan Wynter sering membuat kepanjangan-kepanjangan konyol dari inisial tadi. Dia mah emang kelewat kreatif orangnya.

v  Karakter, Chemistry
Wynter Mahardika, cowok blasteran yang sejak usia 8 tahun pindah dari London ke Indonesia, sekarang kelas 1 SMA Darmawangsa. Hidupnya yang terkesan sendu rasanya pingin narik dia ke dalam pelukan dan kasih puk-puk biar sedihnya hilang. Kalau kata Wynn sih:

Wynter adalah the loneliest boy on Eart, makhluk asing yang mengasingkan diri dan akhirnya beneran terasing.
[Halaman 413]

Seorang yang apatis, enggak mau dekat-dekat cewek, tajam mulut, berpenampilan berantakan terutama ketika mengenakan seragam, suka bolos kelas, dan biangnya troublemaker (kelewat iseng juga). Meski begitu dia masih tetap populer di kalangan para remaja putri berkat ketampanan dan pesona mata birunya. Dia juga punya auditory memory, dan lumayan jago wushu. Tipe cowok cool yang aslinya kocak. Orang yang sangat setia kawan serta aslinya so sweet. Bikin gemeslah pokoknya.

If you don’t want a sarcastic answer, don’t ask a stupid question!
[Halaman 350]

Kasiha Wynn. Anak saleh itu jadi kelaparan mengikuti anak salah.
[Halaman 179]

Wynn Maharesi. Anak bungsu dari tiga bersaudara yang semuanya cowok. Senang musik dan main piano. Punya hati bak malaikat yang sayangnya punya masalah urgent. Gak tega aku, pingin ikut manjain dia juga.

Kupikir, berdamai dengan keadaan bukan berarti menyerah kalah.
[Halaman 286]

Hyacintha Sheridani. Spoiler akut, pandai mendongeng, sahabat Wynn sejak kecil. Gak cuma Wynter yang ngerasa dia tipikal cewek banget, aku yang cewek aja ngerasa gitu (kalah saing, wkwkwk)

Karakter lain yang gak kalah loveable itu ada Bang Enver dan Bang Ryan kakak Wynn serta Raiden sepupu Wynn. Ya ampun, keluarga itu penuh orang yang mempesona. Btw, ini semua karakternya punya nama yang agak sulit (dilafalkan atau diingat) tapi juga unik dan antimainstream. Plus kalo dihubungkan sama karakter mereka, rasanya cocok bangeeeet.

Untuk masalah chemistry, aku paling suka chemistry-chemistry para cogannya. Bromance gitu deh. Bukan berarti bumbu romance yang asli gak asyik, tapi tetep aja aku lebih suka kekonyolan dan keseruan para karakter cowok.

v  Setting
Berlatar dominan kota Bandung. Setting sekolah Darmawangsa di sini kubayangkan kayak sekolah-sekolah elite. Jadi secara keseluruhan membuat novel ini bernuansa mewah. Kok perkataanku jadi seolah-olah ngebahas fairytale ya? Hehe.

Sekolah? Apa itu? Rasanya asing dan berjarak ribuan tahun cahaya. Oke, lebay. Tapi siapa yang bernafsu sekolah dalam situasi seperti ini?
[Halaman 237]


v  Gaya Bahasa, Dialog, Sudut Pandang
Gaya bahasa khas remaja dengan segala emosinya yang berapi-api. Paling suka sarkasnya Wynter dan sumpah-serampah/umpatannya yang kreatif seperti tikus peyot! Kalkun kutuan!, dst. Bukannya membuat naik pitam, malah bikin pingin ngakak. Batal marah deh.

Banyak juga dialog-dialog yang menyentuh dan quotable. Selipan nasehatnya juga nggak terkesan menggurui. Sambil lalu tapi jleb di hati.

Diceritakan dari sudut pandang Wynter, dijamin nggak akan bikin kamu bosan. Dia anak yang benar-benar menyenangkan dan sering mengoyak hati. Siap-siap lumer aja.

v  Alur, Konflik, Emosi
Kamu percaya,  ada persahabatan yang tulus antara cowok dan cewek? Kayak soulmate, saling menyayangi tanpa ada perubahan rasa sampai ... akhir?
[Halaman 7]

Pace alurnya terkontrol. Kita bakal dibawa naik turun dengan fluktuasi emosi yang ada. Konfliknya rumit, tapi nggak sampai bikin sakit kepala. Jumlah halaman yang tebal benar-benar membantu untuk menggali emosi dan menarik simpati akan kisah yang tersaji.

Kamu nggak akan menyesal harus bergulat dengan 425 halaman karena hasilnya bakal sepadan. Aku nggak yakin bakal mengalami efek yang sama kalo jumlahnya dipangkas hanya demi menekan biaya produksi. So, nggak heran buku ini juga minta biaya yang lumayan besar. Tapi melihat harga pasaran buku sekarang, kayaknya harga segitu masih wajar bahkan tergolong murah mengingat kualitas cetakannya.

v  Ending, Pesan
Aku suka endingnya. Semua rasa penasaranku terjawab sudah. Banyak pesan yang terselip di novel ini, tapi yang paling bisa mewakili cerita menurutku adalah kenyataan bahwa setiap orang punya masalahnya masing-masing (demons yang harus mereka lawan), dan kita nggak bisa mengukur atau membanding-bandingkannya. Just kill them!

Secara keseluruhan, buku ini sangat kurekomendasikan buat para remaja ataupun yang telah berhasil melewati fase itu, karena masih banyak hal yang bisa kamu pelajari dari sana. Terakhir, tips untuk calon pembaca, lebih baik kalian membaca novel ini di tempat yang tenang, jadi kalian tak akan terlalu malu jika nantinya menyadari diri kalian telah larut terbahak-bahak atau justru menangis sesenggukan.

Play the moments. Record the happiness. Pause the fear. Stop the pain. Rewind the memories.
[Halaman 255-256]

For Wynterians, go hug your parents now, and tell them, “I love you”.
[Halaman 5]