Judul: Clair
Penulis: Ary Nilandari
Editor: Triana Rahmawati
Ilustrator: Ruikurokai
Desain Cover: Resoluzy
Penerbit: Mahaka Publishing
Cetakan: ke-1, September 2019
Tebal: iv + 366 hlm
Rate: U15+
***
-Blurb-
CLAIR
The Death that Brings Us Closer
Seorang gadis clairtangent.
Sesosok kenangan yang dihidupkan.
Seorang pemuda yang luput dari kematian.
Dan sebuah janji untuk saling menjaga.
Rhea Rafanda, siswi kelas 12, memiliki
kemampuan clairtangency. Ia dapat membaca kenangan melalui sentuhan. Dengan bakatnya,
ia membantu polisi memecahkan kasus-kasus buntu dan diberi nama kode, Clair.
Tapi, Kenangan tentang kekerasan dan kematian dapat menyakiti fisik bahkan
memblokir memori Rhea. Itu sebabnya, Rhea dijauhkan dari kasus-kasus traumatis.
Saat kasus kematian Aidan Narayana
mengemuka, Rhea melanggar larangan dan melibatkan diri. Tidak mungkin kakak
kelas yang ia kagumi dan menjadi inta pertamanya itu bunuh diri. Rhea pun
menghidupkan sosok kenangan Aidan untuk menemukan petunjuk. Bagaimana kalau
ternyata Aidan meninggalkan pesan-pesan tak terduga untuknya? Bagaimana kalau
memorinya sendiri yang terpendam malah tergali?
Seolah belum cukup rumit, muncul
laki-laki misterius membayangi Rhea dan sahabat-sahabat Aidan. Demi mengungkapkan
kebenaran dan melindungi orang-orang terkasih. Rhea harus mengerahkan
clairtangency melebihi batas.
***
Ada kalanya, perintang bisa kamu dobrak dengan badanmu. Jalan terbuka, tapi kamu dan orang di sekitarmu bisa terluka. Sebelum kamu lakukan itu, cobalah memanjat atau memutarinya. Mungkin sulit dan lebih jauh, tapi kamu akan sampai di baliknya dengan selamat. Hlm 93.
Kembali lagi ke semesta Darmawangsa.
Kalau kalian sudah membaca buku-buku teenlit Kak Ary, kalian akan menemui
banyak karyanya yang mengambil setting sekolah swasta elite tersebut :).
Kayaknya nggak akan habis bahan buat explore murid-murid luar biasa yang ada
di sana. 'Luar biasa' yang kumaksud mengacu pada kuatnya tiap karakter yang
selalu bisa Kak Ary tampilkan. Seakan kalimat 'setiap orang adalah tokoh utama
dalam hidupnya' bukanlah isapan jempol belaka. Beliau menunjukkan hal tersebut
lewat karya-karyanya.
Kemampuan psikometri milik Clair sebenarnya
bukan sesuatu yang terlalu unik untuk ukuran cerita fiksi. Sudah ada beberapa
novel/komik/anime/drama yang mengangkat kemampuan serupa. Beberapa bergenre
fantasi atau distopia seperti Twilight (Stephani Meyer), Touche (Windhy
Puspitadewi), dan anime Charlotte. Ada juga yang sama-sama bergenre realis
seperti drakor He is Psychometric. Yang terakhir ini yang paling mirip untuk
kemampuan dan cara kerjanya.
Tapi tenang aja, novel ini jauh dari
kata mirip dengan pendahulu-pendahulunya. Ceritanya fresh dengan cara yang menyenangkan. Terlebih, nuansa buku lokalnya
jauh lebih terasa. Ini bukan buku lokal yang memaksa kebarat-baratan meski
beberapa tokohnya punya darah campuran. Mungkin lebih tepat kalau aku
menyebutnya dengan cerita lokal yang berkelas. Sekalipun kebanyakan tokohnya
adalah orang-orang ‘mampu’, tapi percayalah mereka tidak membuat kita merasa
terdiskriminasi, berbeda dunia, atau sejenisnya.
Rhea dengan kondisi otak yang tidak
biasa, harus rela berpuas diri dengan bakatnya yang bisa membantu kepolisian
menolong orang lain (meski secara rahasia dan hati-hati demi keselamatannya
sendiri). Sementara itu di mata teman-teman sepermainannya, ia lebih sering
dianggap aneh dengan sikap berjarak dan sarung tangan pink yang setia
bertengger membalut kulit pucatnya. Membuat dia lebih sering dijauhi dan
menjauhkan diri dari lingkungan sosialnya.
Aku, Rhea Rafanda, Clair. Mengumpulkan banyak kenangan orang lain. Melupakan kenanganku sendiri. Memimpikan peristiwa yang dialami orang lain. Memblokir pengalamanku sendiri. Dengan cermat melacak sejarah orang lain. Sigap melompati lini masaku sendiri. Hlm 103.
Aidan dan Shin yang kelihatannya selalu
jadi sosok unggulan yang sempurna jadi tokoh utama juga aslinya punya beban dan
masalahnya sendiri. I love both of them!
Kehadiran Kei dan River juga mampu
menjaga arus cerita berada di wilayah cerita remaja dengan sejumlah perasaan
hangat, kenangan, dan kentalnya nilai persahabatan yang mereka junjung di
tengah-tengah kasus yang tidak hanya misterius, tetapi juga membahayakan nyawa.
Sementara itu, beberapa sosok dewasa
seperti Bang El dan Iptu Fang, membuat stereotip ‘orang dewasa dalam cerita
remaja hanyalah sosok pendamping dan pengamat’ menjadi luntur. Nyatanya, kedua
tokoh dewasa itu bisa membaur dan bekerja sama dengan baik dalam hubungan
horizontal yang jauh dari kesan berjarak.
Yang jelas chemistry semua tokohnya saling melengkapi dan semakin membuat
cerita ini terasa nyata dan hidup!
Seperti biasa pula, gaya bahasa Kak Ary
yang menyenangkan selalu membuat kita ketagihan untuk terus membaca. Novel-novel
Kak Ary bukan bergenre komedi, tapi humornya jelas berhasil mengocok perut.
Setidaknya, pasti bikin senyum-senyum lah ya, hehe.
Ini bukan fiksi, bukan cerita detektif yang kamu baca sambil menebak-nebak endingnya. Kamu bukan cerita yang bakal dilupakan karena move on ke buku lain. Hlm 306.
Sejauh ini dari ketiga karya penulis
yang sudah kubaca, Clair jadi cerita terbaik! Lebih banyak teka-teki, lebih
banyak karakter loveable, juga kali
ini disertai perpaduan emosi turun-naik berimbang dengan pergantian yang begitu
cepat sehingga tidak membiarkan pembaca berlarut-larut hanya dalam satu suasana
hati.
Nangis kemudian ketawa, atau ketawa
kemudian nangis, udah jadi hal yang biasa. Jadi saranku terima saja kalau kamu
diberi tatapan aneh pas baca buku ini. Kalau enggak, bisa pinjamkan buku ini ke
orang yang sebelumnya menatapmu aneh setelah kamu selesai baca, supaya dia percaya,
kamu nggak gila ;).
Lastly, puas baca ini!
Nggak sabar nunggu karya penulis selanjutnya :D.
Now, can you let me go? Hlm 308.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusSalam kunjungan dan salam kenal dari Malaysia :)
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung, salam kenal juga ;)
HapusKk boleh tau latar belakang terciptanya novel Clair ini??
BalasHapus