Minggu, 22 September 2019

Review While The Light Last (Selagi Hari Terang)



Harga diri memang efektif untuk menutupi perasaan kita—tapi tidak menghilangkan perasaan itu sendiri. Hlm 12-13.

Meski berlabel novel (yang tertera di sampul belakang), buku ini lebih cocok jika kusebut sebagai kumpulan cerpen. Ada ya 9 cerita dalam berbagai tema. Ini dia pendapatku!

Rumah Impian 2,5 ❤
Aku nggak yakin pesan apa yang ingin disampaikan cerpen ini. Aku hanya mampu menangkap pada tahapan di mana kegilaan saat itu jadi aib yang mengerikan. *Jadi inget penelitiannya Foucault tentang kegilaan dan pendisiplinan.

Sang Aktris 4 
Trik dan dramatikal dalam cerita ini cuku menarik. Salah satu karakter wanita yang digambarkan punya ‘power’, berbeda dengan kebanyakan tokoh wanita dalam kumcer ini.

Tepi Jurang 3 
Ini ceritanya agak ngeselin sebenarnya. Karakter utamanya berubah jadi dark di akhir cerita. Aku tidak terlalu suka ketika gadis desa digambaran semacam ini. Cuma masalah selera sih, tapi ceritanya juga nggak wow-wow banget.

Petualangan Puding Natal 3,8 
Cerita ini menjadi awal perkenalanku dengan Poirot. Nggak ada yang cukup spesial sebenarnya. Mungkin karena sedari awal aku punya ekspektasi tinggi sama tokoh yang punya banyak penggemarnya ini. Yah, mungkin karena akhirnya aku jadi membanding-bandingkannya dengan Sherlock maupun Langdon, jadi ya cuma merasa “akhirnya nemu yang vibe-nya cerita detektif”, karena tiga cerpen sebelumnya bukan.

Dewa yang Kesepian 3 
Hmm, baca sendiri aja deh!

Untuk apa memperoleh seluruh dunia bila kamu kehilangan jiwamu? Hlm 213-214.

Manx Gold 5 
Aku suka kisah di balik pembuatan cerita ini. Cara penceritaannya juga seru dan memikat. Lebih banyak ketegangan, teka-teki, dan rencana. Salah satu cerpen terbaik di kumcer ini.

Di Balik Dinding 4 
Aku lumayan suka ide ceritanya. Dua tokoh wanita yang digambarkan bertolak belakang juga menciptakan keseimbangangan dalam cerita ini. Bagaimana rupa dari objek lukisan-lukisan yang diceritakan juga dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca melalui komentar dan deskripsi para tokoh dalam cerita. Penjelasannya terasa hidup.

Misteri Peti Baghdad 5 
Cerita Poirot yang lain. Di sini ada Hastings juga, jadi chemistry Poirot lebih terpancar. Pembuka dan eksekusi ceritanya juga jauh lebih menarik daripada kasus puding natal. Jadi aku putuskan akan tetap mencoba berkenalan dengan karya Agatha Christie yang lainnya.

Selagi Hari Terang 3,5 
Keserakahan wanita yang akhirnya membuat ia kehilangan untuk yang kedua kalinya. Huh, kenapa tokoh-tokoh wanita yang diciptakan Agatha banyak yang menyedihkan ya. Meski judul cerpen ini dijadikan judul buku, tapi aku tidak tahu pasti alasannya. Munginkah karena diksinya yang bias tafsir dan tidak terkesan personal? Atau mungkin karena pesan sebenarnya ada dalam awal permasalahan. P-E-R-A-N-G.

Selagi hari terang terang aku akan selalu ingat, dan setelah hari gelap aku takkan pernah lupa. Hlm 224.


Judul: While The Light Last (Selagi Hari Terang)
Penulis: Agatha Christie
Alih bahasa: Tanti Lesmana
Penyelaras Aksara: Midya N. Santi
Cetakan: ke-5 (Juli 2018)
Tebal: 232 hlm
Usia: 17+
Harga: Rp 48.000 (P. Jawa)

Jumat, 20 September 2019

Pengumuman Pemenang Giveaway “Dance of The Butterfly”



Halo semua, maaf sudah lama menunggu. Sebenarnya aku selesai pilih pemenangnya sejak beberapa hari lalu, tapi karena kesibukan dan beberapa kendala yang tidak bisa kuhindari maka baru sekarang aku sempat membuat pengumuman ini. Tapi karena belum melewati batas waktu yang kujanjikan, jadi tidak apa-apa kan? Hehehe.

Aku sempat bingung pilih pemenangnya karena jawaban kalian bagus-bagus. Terima kasih ya sudah mau ikut meramaikan giveway di blog-ku. Aku sangat menghargai itu dan kuharap kita bisa saling menyapa kembali di lain kesempatan. Kuharap jawaban-jawaban kalian juga bisa membantu siapa pun yang mampir ke blog-ku agar mereka bisa mengatasi rasa rendah diri ataupun terinspirasi untuk membantu teman-teman lainnya di luar sana agar bisa mengatasi rasa rendah diri mereka.

Oke, langsung saja, ini dia jawaban yang terpilih sebagai pemenang:

Cara mengatasi rendah diri versi aku; cintai diri sendiri. Kenali dan kembangkan potensi terbesar dalam diri. Lihatlah diri sendiri dengan cara yang berbeda, banggalah pada apa yang sudah dimiliki (/dicapai*).

Dan ini tidak sama dengan narsisme.

*tambahan tafsir dari x4bidden.

Selamat kepada Nazila (IG: nazila.rizqi)!
Silakan kirim biodata lengkap kamu untuk keperluan pengiriman hadiah berupa: nama lengkap, alamat, kode pos, dan nomor ponsel yang bisa dihubungi ke IG-ku ya (x4bidden.books). Terima kasih.

Untuk teman-teman lain yang belum beruntung di pemberhentian booktour ini, masih ada kesempatan yang bisa kalian perjuangkan. Silakan mampir ke alamat blog di bawah ini.

23-29 September: http://www.deehati.com/

Senin, 09 September 2019

Review + Giveaway Dance of The Butterfly karya Ratu Kristina




Judul: Dance of The Butterfly
Penulis: Ratu Kristina
Penyunting: Athena
Penerbit: Laksana (Imprint DIVA Press)
Tahun: 2019
Tebal: 268 hlm.

BLURB:
Nama dia Rambo. Tapi jangan bayangkan dia berotot seperti dalam film Hollywood. Nasibnya pun  tidak seberuntung Rambo dalam film yang dipuja-puja banyak orang. Dia adalah pemuda kurus berusia 16 tahun yang dibenci ibunya dan dijauhi teman-teman sekolahnya. Hobinya mengkhayal tentang gadis cinta pertamanya bernama Akasia.

Pertemuannya dengan seorang pria misterius bernama Chris saat Rambo mengalami kecelakaan di Lembang rupanya menjadi pembuka dari satu demi satu rahasia hidupnya, termasuk asal-usul nama Rambo, nasib hubungan persahabatannya dengan Isac, perasaan cintanya kepada Akasia, hingga alasan kebencian sang ibu yang tumbuh semenjak Rambo terlahir ke dunia.

Semua itu bukan karena namanya yang aneh maupun wajahnya yang menjijikkan. Semua itu karena....


REVIEW:


“Berhenti mengeluh, menyalahkan diri kamu sendiri, membanding-bandingkan diri kamu dengan orang lain. Jadikan kelebihan orang lain sebagai inspirasi, bukan alasan supaya kamu bisa terus rendah diri  apalagi iri.” Halaman 129.

Pernah mengalami rasa rendah diri yang berlebihan? Melalui tokoh Rambo, novel ini akan menunjukkan betapa rasa rendah diri yang berlebihan sama bahayanya dengan rasa percaya diri yang berlebihan. Intinya sih, yang berlebihan itu lebih sering membawa keburukan.

Tapi tidak hanya yang negatif-negatif saja yang melekat pada sosok Rambo. Salah satu yang kusukai dari tokoh ini adalah ketulusannya dalam mencintai wanita impiannya.

Aku yakin, tidak perlu jatuh cinta pada Akasia untuk bisa melihat kalau ia cantik. Tapi aku lebih yakin, aku tidak akan peduli seberapa pun cantiknya dia kalau aku tidak mencintainya. Halaman 12.

Meski gaya bahasa novelnya terbilang mendayu-dayu sebagaimana hati Rambo yang yang selalu berbunga-bunga tiap kali berkesempatan melihat senyum Akasia, novel ini tidak hanya membahas soal cinta. Ada masalah persahabatan, keluarga, serta pencarian passion yang semakin menambah kompleksitas ceritanya.

Dalam masalah persahabatan, Rambo menjadi sosok yang ansos semenjak mendengar bisik-bisikan teman-teman sekolahnya. Dipicu kejadian itu dan masalah lain yang datang hampir bersamaan, ia jadi meragukan ketulusan dari satu-satunya sahabat yang ia punya. Membuat persahabatan mereka tak lagi sama.

Di dalam keluarganya, ia juga merasa tidak pernah diterima menjadi bagian dari itu semua. Ibunya tidak pernah menyukainya dan ayah tirinya tidak pernah memperlakukannya secara layak. Ia begitu tersiksa hingga pernah memutuskan untuk kabur dari rumah. Dalam pelariannya yang berakhir nahas, ia bertemu sosok penyelamat yang misterius bernama Chris.

Satu per satu masalahnya menemukan jalan penyelesaian dan dunianya terasa menjadi hal yang layak dihuni, terutama karena Rambo berhasil memasuki lingkaran pergaulan Akasia dan kini ia juga memiliki Chris sebagai temannya. Tapi, benarkah Chris adalah sosok penyelamat dan bukannya yang sebaliknya?

Nah, jawabannya bisa kalian temukan setelah membaca keseluruhan ceritanya. Teka-teki akan secara perlahan disingkap meski kecepatan singkapan di akhir cerita menjadi yang paling intens. Melihat pahit-manisnya kehidupan bersama remaja yang hobi mengkhayal, si pesimis Rambo.

Dulu aku berpikir, kalau aku mencintaimu karena mata bulatmu yang cemerlang, bibir merahmu yang menawan, atau pipi halusmu yang kemerahan. Tetapi, saat mata bulatmu yang cemerlang menjadi redup dan sayu, saat bibir merahmu yang menawan memucat dan mengeriput, dan pipi halusmu yang yang kemerahan menurus—saat semua kecantikan fisik yang kamu miliki tidak menjadi milikmu lagi—aku masih mencintaimu,... Halaman  246.

Pada akhirnya kebenaran atas semua hal yang menimpa Rambo cukup terjelaskan di akhir cerita. Yang mungkin masih kusayangkan yakni, penjelasn Isac tidak cukup menjelaskan mengenai apa yang terjadi di gimnasium, juga apa yang terjadi pada Akasia terbilang tiba-tiba. Sedikit tambahan clue mungkin akan semakin membuat cerita ini lebih gereget. Tapi untuk keseluruhan, ini cerita bernutrisi yang mengajak kita memandang sesuatu dari segala hal agar tidak terjebak pada prasangka.


GIVEAWAY:


Untuk mengikuti giveway-nya, kalian perlu:
  1. Follow twitter @Laksana_Fiction, IG @laksana_fiction, atau like FB “Fiksi Laksana” (wajib)
  2. Follow blog ini atau instagram @x4bidden.books (opsional)
  3. Membagikan info giveaway ini di salah satu media sosial kalian (wajib)
  4. Pada kolom komentar blog ini, cantumkan nama, tempat/link kalian mengunggah info giveaway ini, dan jawaban “Bagaimana cara kalian mengatasi rasa rendah diri?’
Akan dipilih satu pemenang yang berhak mendapatkan satu eksemplar novel “Dance of The Butterfly” karya Ratu Kristina yang dikirim langsung dari penerbit. Giveaway berlangusng selama tujuh hari (9-15 September 2019) dan akan berlanjut di blog-blog yang tercantum pada banner. Pengumuman pemenang paling lambat tanggal 22 September dan akan diumumkan di blog ini.

Senin, 02 September 2019

Review Film “Ready or Not”



Halo! Belum lama ini aku menonton film horor-thriller yang keren di bioskop pada hari perdananya tayang di Indonesia. Film itu membuatku ingin terus membahasnya dan rasa menggebu untuk merekomendasikannya pada orang lain begitu bergemuruh. So, here we are.


Kusisipkan sinopsis film yang kuambil dari Cinema XXI:
Ready or Not adalah kisah seorang pengantin muda (Samara Weaving) ketika ia bergabung dengan keluarga besar suami barunya (Mark O’Brien) yang kaya dan eksentrik (Henry Czerny, Andie MacDowell, Adam Brody, Melanie Scrofano) dalam tradisi keluarga yang berubah menjadi permainan mematikan dengan semua orang berjuang untuk bertahan hidup.

Penyajian Cerita
Sejak awal, premis ceritanya sudah sangat memikat sehingga ekspektasiku cukup tinggi. Dan benar saja, film ini memang mengagumkan! Serasa naik roll coaster tanpa sabuk pengaman. MENDEBARKAN tapi nagih. Kita bisa ketakutan sekaligus terbahak-bahak di saat yang bersamaan. Beberapa scene juga menampilkan visualisasi indah (tapi masih pada jalur) yang mana sangat jarang bisa ditemui dalam genre sejenis. Dengan kata lain, sinematografinya jempolan. Film 17+ ini mengandung unsur gore (dan kata-kata kasar) yang tidak berlebihan sehingga tidak membuat jijik, itu lebih mendekati realistis. Bahkan perubahan kostum pemeran utama akibat situasi yang dialaminya disorot dengan amat baik.


Yang luar biasa, sama sekali tak ada bagian yang membosankan. Penulis dan sutradara tahu betul menempatkan humor-serius di sela-sela bagian menegangkan dan mengerikan dengan porsi yang tepat sehingga tidak merusak teror yang dibangun. Sedikit unsur mistis yang sudah ditabur sejak awal dan menjadi kunci cerita juga hadir secara halus sehingga eksekusi endingnya memuaskan bagiku (tingkat ketertrimaan ini mungkin akan berbeda bagi sebagian orang). Aku menyukai film ini sebagaimana menyukai seri Final Destination (khususnya film pertama sampai ketiga). Film-film yang demikian membuatku semakin mensyukuri hidupku yang biasa-biasa saja ini.

Musik
Poin plus lain yang tidak boleh dilewatkan adalah penataan suara. Selain berhasil mendukung suasana tiap adegannya hadir secara maksimal, musik yang ikut mendukung film ini juga hadir secara khas. Salah satu favoritku adalah lagu yang diputar saat permainan hide and seek (petak umpet). Itu kok lagu pas banget sama vibe filmnya, lucu tapi ya nyeremin juga, terutama bagi penonton yang memang sejak awal tahu arahnya ke mana, beda sama tokoh utamanya yang awalnya masih (kelewat) ‘polos’.

Karakter Favorit
Sekalipun bolak-balik dari menyukai dan tidak menyukai karakter Daniel, pada akhirnya jelas karakter ini menjadi yang amat paling kusukai. Dia bukan orang yang benar-benar baik, tapi dia sadar akan hal itu dan tidak membiarkan dirinya tetap jadi orang berengsek. Itulah yang membuatnya jadi semakin berharga. Karakter lain yang kusuka tak lain adalah pasangan suami-istri Fitch dan Charity. Keduanya rada-rada bikin kesel tapi juga bikin ngakak, terutama si Mbak Charity yang tingkat kesintingannya minta dibogem. Terakhir tentu saja sang protagonis Grace. Uh, malang sekali nasib malam pertamamu Mbak, sini dedek peluk. Wkwkwk. Sebenarnya semua antagonis di sini tidak benar-benar buruk mengingat apa yang mereka yakini dan perjuangkan (kecuali si pelayan pria yang ingin kuterikkan, “GO TO HELL!”), tapi tetap saja itu bukan pilihan yang patut dicontoh.


Saat ini filmnya masih tayang di bioskop, jadi jika kalian tertarik setelah membaca ulasan ini, sempatkanlah waktu untuk menonton langsung di bioskop dan dapatkan ketegangan yang lebih memuaskan. Selamat menahan napas dan selamat mengumpat sepuas-puasnya! Hahahaha.

Oh iya, jika masih ingin bertanya-tanya, silakan tinggalkan komentar. Nanti akan saya jawab dengan senang hati.