Senin, 20 Maret 2017

[REVIEW] DAMN! IT'S YOU! BY PELANGI TRI SAKI


33621114

Judul       : Damn! It's You!
Penulis   : Pelangi Tri Saki
Editor     : Ruth Pricilla Angelina
Ilustrator : Rio Febrianto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit     : Januari 2017
Tebal      : 232 halaman
Harga      : Rp 58.000
ISBN        : 978-602-03-3661-9

Satu kali pertemuan. Sebatas kebetulankah?
Dua kali pertemuan. Tidakkah itu cukup menarik?
Tiga kali pertemuan. Bolehkan disebut takdir?

Damn! It’s you! merupakan novel kedua dari seri You karya Pelangi Tri Saki (aku dapet buku ini dari giveaway di peekthebook). Meski aku belum membaca seri pertamanya, tapi aku tetap bisa mengikuti ceritanya karena hubungan kedua seri tersebut hanya sebatas para tokohnya yang saling mengenal. Jadi buat kalian yang senasib [belum baca Hey You!] enggak perlu khawatir,,,

Diprakarsai oleh tiga pertemuan yang di luar batas kewajaran, sebuah kesepakatan akhirnya menjadi penghubung kisah asmara antara Nigi si cewek yang baru patah hati dan memiliki emosi yang meledak-ledak dengan Saba si cowok muka datar yang suka ngomong seenak jidat tapi tetep ngegemesin.

“Pertemuan adalah awal dari banyak kemungkinan dan bertemu denganmu adalah kemungkinan yang tidak pernah kuprediksi.”
-Halaman 9-

Demi bisa berinteraksi dengan Nigi –gadis yang ia temui untuk yang ketiga kalinya, Saba melemparkan bola basket ke kepala Nigi. Nigi yang tidak terima meminta cowok itu untuk meminta maaf. Bukannya mengiyakan, Saba justru menantang Nigi untuk taruhan. Akibatnya Nigi harus pindah ke SMA Atlanta karena tidak bisa memenangkan taruhannya dengan Saba.

Tidak bisa membiarkan Nigi begitu saja, Saba terus mendekati Nigi. Tapi setelah hati Nigi tergerak, Saba justru menjauh bersama misteri-misteri yang masih menyelimutinya.

“Lo nggak bisa bilang Saba nyembunyiin sesuatu kalau dari awal dia memang nggak berniat membukanya ke orang lain, Gi. Itu haknya dan nggak ada hubungannya sama lo. Atau lo sekarang merasa dia ada hubungannya sama lo, jadi lo merasa berhak tahu?”
-Halaman 79-

Dengan sudut pandang orang ketiga, penulis berhasil membawakan kisah ini secara ringan. Apalagi dengan bertaburnya percakapan-percakapan segar, novel teenlit ini mampu membius pembaca membalik lembar demi lembar tanpa sadar. Selain berkisar pada kisah cinta, di novel ini juga banyak dibumbui kisah persahabatan dan kekeluargaan.

“Seseorang yang membuat lo lemah itu tandanya dia berharga buat lo. Begitupun sebaliknya. Seseorang yang membuat lo kuat juga tandanya dia berarti buat lo.”
-Halaman 115-

Yang paling aku suka dari novel ini adalah interaksi antara Saba dan Rei –sepupunya. Rei begitu perhatian dan selalu ada buat Saba. Yah, meski kadang tingkah Saba yang cukup sulit diprediksi sering membuat Rei stress tapi tetep aja Rei selalu mendukung sepupunya itu.

Hubungan antara Nigi dan Noel –kembarannya juga nggak bisa disepelein, kedekatan mereka udah sampai pada taraf tidak bisa membohongi satu sama lain. Noel sempet jadi karakter yang paling bijak menurutku, tapi kisah pribadinya yang sedikit disinggung dalam bagian ending novel ini berhasil mengubah imejnya. [kesel!]

Kekurangan dari novel ini berdasarkan versiku adalah Nigi sebagai tokoh utama enggak berhasil menarik simpatiku. Entahlah apa yang salah, rasanya kurang greget aja. Mungkin karena aku enggak menemukan perubahan yang cukup berarti antara Nigi remaja sebelum ketemu Saba, Nigi remaja setelah ketemu Saba ataupun Nigi dewasa. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi Nigi juga terkesan simple, hanya seputar masalah hatinya yang sering galau. Kekurangan lain yakni berkaitan dengan masalah teknis, terdapat banyak typo yang cukup mengganggu.

Nigi mengatupkan bibir, berfikir pernyataan saba tadi benarnya.
-baris 15-16 halaman 70-
Kalimatnya agak janggal, mungkin jika ditambahkan kata ‘ada’ sebelum kata ‘benarnya’ jadi berterima.

Noel muncul di dengan tangan penuh camilan.
-baris 9 halaman 99-
Jika kata ‘di’ dihilangkan, harusnya tidak jadi masalah.

Saba tampak berbeda malam ini. biasanya cowk itu bicara...
-baris 23 halaman 99-
Pada kata ‘cowok’, hutuf o yang kedua hilang.

Nigi menarik Saba menjauh dari kerumunan dengan kasar, membawanya ke taman belakang ya sepi.
-baris 20-21 halaman 105-
Kata ‘ya’ mungkin maksudnya adalah kata ‘yang’.

“Terlalu banyak berhadap dari lo.”
-baris 10-11 halaman 106-
Mungkin maksudnya bukan ‘berhadap’ melainkan ‘berharap’.

..., ia langsung teringatan pembicaraannya...
-baris 24 halaman 115-
Akan lebih nyaman dibaca jika ‘teringatan’ diganti ‘teringat’ atau ‘teringat akan’.

Pada halaman 55 baris 4, Nigi memanggil dirinya dengan ‘Nigi’ tapi di baris 16 halaman 113, baris 9 halaman 120, baris 22 halaman 139, baris 16 halaman 190 dan baris 6-7 halaman 196 Nigi dan mamanya memanggil Nigi dengan sebutan ‘Gigi’. Aku kurang pahan ini memang disengaja atau tidak tapi menurutku alangkah lebih baik jika diseragamkan saja.

“Padahal gue perlakukan diaseperti adik kandung gue”
-baris 9 halaman 122-
Bukankan harusnya antara kata ‘dia’ dan ‘seperti’ dipisahkan spasi?

... perempuan yang sudah sepuluh tak ia jumpai.
-baris 10 halaman 198-
Setelah kata ‘sepuluh’ mungkin akan lebih konkret ketika ditambahi satuan waktu misalnya ‘tahun’.

... bogem mentahnya pria di hadapan perempuan itu.
-baris 11 halaman 199-
Akan lebih nyaman dibaca jika sebelum kata ‘pria’ ditambahkan kata ‘kepada’.

... Devi melanjutkan kalimatnya.
-baris ke 19 halaman 202-
Terdapat kesalahan penyebutan nama tokoh. Nama tokoh yang benar ialah Deva.

... meraih perlangkapan vital sign-nya...
-baris ke 7 halaman 209-
Aku cek di kamus yang benar ‘perlengkapan’, bukan ‘perlangkapan’ seperti yang tertera di novel.


But, untuk keseluruhan novel ini bisa diperhitungkan bagi kamu yang lagi cari bacaan ringan genre teenlit. Selamat membaca dan bersiap-siaplah dikatain gila karena senyum-senyum sendiri gara-gara baper! >_<