Kamis, 21 November 2019

Review Clair: Sang Penyadap Memori



Judul: Clair
Penulis: Ary Nilandari
Editor: Triana Rahmawati
Ilustrator: Ruikurokai
Desain Cover: Resoluzy
Penerbit: Mahaka Publishing
Cetakan: ke-1, September 2019
Tebal: iv + 366 hlm
Rate: U15+

***

-Blurb-

CLAIR
The Death that Brings Us Closer

Seorang gadis clairtangent.
Sesosok kenangan yang dihidupkan.
Seorang pemuda yang luput dari kematian.
Dan sebuah janji untuk saling menjaga.

Rhea Rafanda, siswi kelas 12, memiliki kemampuan clairtangency. Ia dapat membaca kenangan melalui sentuhan. Dengan bakatnya, ia membantu polisi memecahkan kasus-kasus buntu dan diberi nama kode, Clair. Tapi, Kenangan tentang kekerasan dan kematian dapat menyakiti fisik bahkan memblokir memori Rhea. Itu sebabnya, Rhea dijauhkan dari kasus-kasus traumatis.

Saat kasus kematian Aidan Narayana mengemuka, Rhea melanggar larangan dan melibatkan diri. Tidak mungkin kakak kelas yang ia kagumi dan menjadi inta pertamanya itu bunuh diri. Rhea pun menghidupkan sosok kenangan Aidan untuk menemukan petunjuk. Bagaimana kalau ternyata Aidan meninggalkan pesan-pesan tak terduga untuknya? Bagaimana kalau memorinya sendiri yang terpendam malah tergali?

Seolah belum cukup rumit, muncul laki-laki misterius membayangi Rhea dan sahabat-sahabat Aidan. Demi mengungkapkan kebenaran dan melindungi orang-orang terkasih. Rhea harus mengerahkan clairtangency melebihi batas.

***


Ada kalanya, perintang bisa kamu dobrak dengan badanmu. Jalan terbuka, tapi kamu dan orang di sekitarmu bisa terluka. Sebelum kamu lakukan itu, cobalah memanjat atau memutarinya. Mungkin sulit dan lebih jauh, tapi kamu akan sampai di baliknya dengan selamat. Hlm 93.

Kembali lagi ke semesta Darmawangsa. Kalau kalian sudah membaca buku-buku teenlit Kak Ary, kalian akan menemui banyak karyanya yang mengambil setting sekolah swasta elite tersebut :).

Kayaknya nggak akan habis bahan buat explore murid-murid luar biasa yang ada di sana. 'Luar biasa' yang kumaksud mengacu pada kuatnya tiap karakter yang selalu bisa Kak Ary tampilkan. Seakan kalimat 'setiap orang adalah tokoh utama dalam hidupnya' bukanlah isapan jempol belaka. Beliau menunjukkan hal tersebut lewat karya-karyanya.

Kemampuan psikometri milik Clair sebenarnya bukan sesuatu yang terlalu unik untuk ukuran cerita fiksi. Sudah ada beberapa novel/komik/anime/drama yang mengangkat kemampuan serupa. Beberapa bergenre fantasi atau distopia seperti Twilight (Stephani Meyer), Touche (Windhy Puspitadewi), dan anime Charlotte. Ada juga yang sama-sama bergenre realis seperti drakor He is Psychometric. Yang terakhir ini yang paling mirip untuk kemampuan dan cara kerjanya.


Tapi tenang aja, novel ini jauh dari kata mirip dengan pendahulu-pendahulunya. Ceritanya fresh dengan cara yang menyenangkan. Terlebih, nuansa buku lokalnya jauh lebih terasa. Ini bukan buku lokal yang memaksa kebarat-baratan meski beberapa tokohnya punya darah campuran. Mungkin lebih tepat kalau aku menyebutnya dengan cerita lokal yang berkelas. Sekalipun kebanyakan tokohnya adalah orang-orang ‘mampu’, tapi percayalah mereka tidak membuat kita merasa terdiskriminasi, berbeda dunia, atau sejenisnya.

Rhea dengan kondisi otak yang tidak biasa, harus rela berpuas diri dengan bakatnya yang bisa membantu kepolisian menolong orang lain (meski secara rahasia dan hati-hati demi keselamatannya sendiri). Sementara itu di mata teman-teman sepermainannya, ia lebih sering dianggap aneh dengan sikap berjarak dan sarung tangan pink yang setia bertengger membalut kulit pucatnya. Membuat dia lebih sering dijauhi dan menjauhkan diri dari lingkungan sosialnya.

Aku, Rhea Rafanda, Clair. Mengumpulkan banyak kenangan orang lain. Melupakan kenanganku sendiri. Memimpikan peristiwa yang dialami orang lain. Memblokir pengalamanku sendiri. Dengan cermat melacak sejarah orang lain. Sigap melompati lini masaku sendiri. Hlm 103.

Aidan dan Shin yang kelihatannya selalu jadi sosok unggulan yang sempurna jadi tokoh utama juga aslinya punya beban dan masalahnya sendiri. I love both of them!

Kehadiran Kei dan River juga mampu menjaga arus cerita berada di wilayah cerita remaja dengan sejumlah perasaan hangat, kenangan, dan kentalnya nilai persahabatan yang mereka junjung di tengah-tengah kasus yang tidak hanya misterius, tetapi juga membahayakan nyawa.

Sementara itu, beberapa sosok dewasa seperti Bang El dan Iptu Fang, membuat stereotip ‘orang dewasa dalam cerita remaja hanyalah sosok pendamping dan pengamat’ menjadi luntur. Nyatanya, kedua tokoh dewasa itu bisa membaur dan bekerja sama dengan baik dalam hubungan horizontal yang jauh dari kesan berjarak.

Yang jelas chemistry semua tokohnya saling melengkapi dan semakin membuat cerita ini terasa nyata dan hidup!

Seperti biasa pula, gaya bahasa Kak Ary yang menyenangkan selalu membuat kita ketagihan untuk terus membaca. Novel-novel Kak Ary bukan bergenre komedi, tapi humornya jelas berhasil mengocok perut. Setidaknya, pasti bikin senyum-senyum lah ya, hehe.


Ini bukan fiksi, bukan cerita detektif yang kamu baca sambil menebak-nebak endingnya. Kamu bukan cerita yang bakal dilupakan karena move on ke buku lain. Hlm 306.

Sejauh ini dari ketiga karya penulis yang sudah kubaca, Clair jadi cerita terbaik! Lebih banyak teka-teki, lebih banyak karakter loveable, juga kali ini disertai perpaduan emosi turun-naik berimbang dengan pergantian yang begitu cepat sehingga tidak membiarkan pembaca berlarut-larut hanya dalam satu suasana hati.

Nangis kemudian ketawa, atau ketawa kemudian nangis, udah jadi hal yang biasa. Jadi saranku terima saja kalau kamu diberi tatapan aneh pas baca buku ini. Kalau enggak, bisa pinjamkan buku ini ke orang yang sebelumnya menatapmu aneh setelah kamu selesai baca, supaya dia percaya, kamu nggak gila ;).

Lastly, puas baca ini! Nggak sabar nunggu karya penulis selanjutnya :D.

Now, can you let me go? Hlm 308.