Jumat, 15 Mei 2020

Memaknai Kasus Pembunuhan, Review Penance karya Minato Kanae



Judul: Penance
Penulis: Minato Kanae
Penerbit: Penerbit Haru
Penerjemah: Andry Setiawan
Penyunting: Prisca Primasari
Penyelaras Aksara: Francisca Ratna
Desain Sampul: Eky Priyagung
Penata Sampul: Propanardilla
Tahun Terbit: 2020
Halaman: 356 hlm.
ISBN: 978-623-7351-37-5

BLURB

“Meski Tuhan mengampuni kalian, aku tidak.”

Lima belas tahun lalu, seorang gadis kecil bernama Emily dibunuh di sebuah desa yang tenang. Empat anak perempuan yang waktu itu sedang bermain bersama Emily tidak bisa memberikan kesaksian berarti padahal mereka berjumpa dengan laki-laki pembunuhnya. Akibatnya, penyelidikan pun mandek.

Ibu almarhumah Emily tidak terima, memanggil keempat anak tersebut, kemudian mengancam mereka,

“Temukan pelakunya sebelum kasusnya kadaluwarsa, atau ganti rugi dengan cara yang bisa kuterima. Jika tidak, aku akan membalas dendam kepada kalian.”

Ketika keempat anak yang menanggung beban besar di pundak mereka itu tumbuh dewasa, tragedi demi tragedi pun terjadi secara beruntun.

***

Huaaaa! Dari blurbnya aja udah kebayang kan seberapa gereget ceritanya?!

Hal pertama yang kupikirkan bukanlah siapa pelaku pembunuhnya, melainkan kenapa ibu Emily (Asako-san) menyalahkan keempat bocah yang jadi saksi itu sampai sebegitunya. Sosok-sosok ibu dalam Confessions (Minato Kanae) dan Holy Mother (Akiyoshi Rikako) langsung berlompatan dalam kepala. Tapi sepanjang cerita bergulir, sisi lain keempat saksi dan Asako terungkap dengan cukup mengejutkan sehingga aku tidak bisa menyalahkan mereka. Bagiku, pembangunan karakter-karakter di dalam buku ini luar biasa epic!


Setting Penance adalah sekitar lima belas tahun setelah kejadian nahas yang menimpa Emily di mana orang-orang yang dulu terlibat mengalami tragedi sehingga kenangan masa lalu itu kembali menyeruak.

Penance dibagi ke dalam 6 part dan masing-masing menggunakan POV yang berbeda dengan alur waktu yang berurutan.

1. Boneka Prancis (POV Sae) à surat
2. Rapat Darurat Asosiasi Guru-Wali Murid (POV Maki) à pidato
3. Kakak Beradik Beruang (POV Akiko) à konseling
4. Sepuluh Bulan Sepuluh Hari (POV Yuka) à tatap muka
5. Ganti Rugi (POV Asako) à surat
6. Pasal Terakhir (POV orang ketiga)

Kecuali bab terakhir, gaya peneritaan Penance bisa dikatakan semacam monolog. Kalau kalian pernah membaca Confessions (Minato Kanae) atau Girls in The Dark (Akiyoshi Rikako), pasti bisa mengira-ira.

Tiap POV juga punya warna yang jelas sehingga sangat menarik membandingkan kejadian berdasarkan kacamata penceritanya. Cara mereka menilai satu sama lain itu bikin dag-dig-dug. Apalagi tiap babnya selalu menyuguhkan fakta/detail baru mulai dari waktu sebelum kejadian, saat kejadian, maupun setelah kejadian. Cerita mengenai kehidupan mereka sekarang juga sangat-sangat memikat untuk disimak. Plotnya mulus dan page turner banget.

Penance bukan tipe cerita yang menyembunyikan ledakan besar di akhir cerita, melainkan twist-twist yang membuat pembaca bersorak di tiap babnya. Gila! Aku jadi nggak yakin bahwa aku cukup waras karena justru bersemangat ketika mengetahui fakta-fakta itu. Sementara itu endingnya lebih seperti “arghhh”-“huft”-“hiks”. Hahaha, aku curiga cuma Hinata Shoyo yang paham maksudku. Yang jelas buku ini bikin aku ingin standing applause untuk Minato Kanae. Dalem banget pesannya.

Apalagi terjemahan buku ini tuh beneran enak banget. Sekali mulai, rasanya nggak mau berhenti buat baca. Belum lagi daya tarik cover buku versi terjemahan yang sulit untuk ditolak. Kalau kalian beruntung dapetin cetakan pertama yang disertai tanda tangan digital penulisnya, udah deh, lengkap keberuntungan kalian!



Oh iya, selain hal-hal yang sudah kusampaikan di atas, masih ada beberapa poin yang membuat Penance semakin menarik.

Ø  Pikiran polos anak-anak (kelas 4 SD) yang bikin hati gado-gado. Meski saat ini keempat saksi sudah dewasa, tapi ketika mereka menceritakan apa yang mereka pikirkan saat itu beneran bikin hati nggak karuan.
Ø  Orang kota & orang desa. Aku nggak bisa sebut ini semacam versus atau gimana, tapi psikologi terkait cara pikir dan prasangka untuk masalah ini yang diwakilkan dalam buku beneran relate sama yang pernah (atau mungkin masih) kurasakan.
Ø  Boneka Prancis. Fakta-fakta terkait bagaimana boneka ini dipandang oleh masyarakat di sana jadi pembelajaran budaya tersendiri yang menurutku sangat menarik. Terlebih, keterlibatan benda yang satu ini nggak cuma berhenti sebagai pengetahuan sambil lalu. Perannya jauh lebih besar.


Ø  Lagu greensleeves dan obon. Dua hal ini cukup baru bagiku dan mungkin mulai dari sekarang akan selalu mengingatkanku akan cerita Penance. Aku juga senang penulis tidak hanya mengenalkan budaya Jepang obon ini semata sebagai setting budaya, melainkan jadi salah satu kunci cerita.


Special Offer Penance dibuka mulai dari tanggal 15 sampai 22 Mei 2020. Kalian bisa menggunakan kode refferal PENEPDES untuk mendapatkan diskon 10%. Hanya berlaku untuk pembelian di shopee Penerbit Haru Official Shop. Ini dia link-nya: https://shopee.co.id/product/7252083/4431721019?smtt=0.0.9