Judul : Damn! It's You!
Penulis : Pelangi Tri Saki
Editor : Ruth Pricilla Angelina
Ilustrator : Rio Febrianto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Januari 2017
Tebal : 232 halaman
Harga : Rp 58.000
ISBN : 978-602-03-3661-9
Satu
kali pertemuan. Sebatas kebetulankah?
Dua
kali pertemuan. Tidakkah itu cukup menarik?
Tiga
kali pertemuan. Bolehkan disebut takdir?
Damn! It’s you! merupakan novel
kedua dari seri You karya Pelangi Tri Saki (aku dapet buku ini dari giveaway di
peekthebook). Meski aku belum membaca seri pertamanya, tapi aku tetap bisa
mengikuti ceritanya karena hubungan kedua seri tersebut hanya sebatas para
tokohnya yang saling mengenal. Jadi buat kalian yang senasib [belum baca Hey You!] enggak perlu khawatir,,,
Diprakarsai
oleh tiga pertemuan yang di luar batas kewajaran, sebuah kesepakatan akhirnya
menjadi penghubung kisah asmara antara Nigi si cewek yang baru patah hati dan
memiliki emosi yang meledak-ledak dengan Saba si cowok muka datar yang suka
ngomong seenak jidat tapi tetep ngegemesin.
“Pertemuan
adalah awal dari banyak kemungkinan dan bertemu denganmu adalah kemungkinan
yang tidak pernah kuprediksi.”
-Halaman 9-
Demi
bisa berinteraksi dengan Nigi –gadis yang ia temui untuk yang ketiga kalinya–,
Saba melemparkan bola basket ke kepala Nigi. Nigi yang tidak terima meminta
cowok itu untuk meminta maaf. Bukannya mengiyakan, Saba justru menantang Nigi
untuk taruhan. Akibatnya Nigi harus pindah ke SMA Atlanta karena tidak bisa
memenangkan taruhannya dengan Saba.
Tidak
bisa membiarkan Nigi begitu saja, Saba terus mendekati Nigi. Tapi setelah hati
Nigi tergerak, Saba justru menjauh bersama misteri-misteri yang masih
menyelimutinya.
“Lo nggak bisa
bilang Saba nyembunyiin sesuatu kalau dari awal dia memang nggak berniat
membukanya ke orang lain, Gi. Itu haknya dan nggak ada hubungannya sama lo.
Atau lo sekarang merasa dia ada hubungannya sama lo, jadi lo merasa berhak
tahu?”
-Halaman 79-
Dengan
sudut pandang orang ketiga, penulis berhasil membawakan kisah ini secara
ringan. Apalagi dengan bertaburnya percakapan-percakapan segar, novel teenlit
ini mampu membius pembaca membalik lembar demi lembar tanpa sadar. Selain
berkisar pada kisah cinta, di novel ini juga banyak dibumbui kisah persahabatan
dan kekeluargaan.
“Seseorang yang
membuat lo lemah itu tandanya dia berharga buat lo. Begitupun sebaliknya.
Seseorang yang membuat lo kuat juga tandanya dia berarti buat lo.”
-Halaman 115-
Yang
paling aku suka dari novel ini adalah interaksi antara Saba dan Rei
–sepupunya–. Rei begitu perhatian dan selalu ada buat Saba. Yah, meski kadang
tingkah Saba yang cukup sulit diprediksi sering membuat Rei stress tapi tetep
aja Rei selalu mendukung sepupunya itu.
Hubungan
antara Nigi dan Noel –kembarannya– juga nggak bisa disepelein, kedekatan mereka
udah sampai pada taraf tidak bisa membohongi satu sama lain. Noel sempet jadi
karakter yang paling bijak menurutku, tapi kisah pribadinya yang sedikit
disinggung dalam bagian ending novel ini berhasil mengubah imejnya. [kesel!]
Kekurangan
dari novel ini berdasarkan versiku adalah Nigi sebagai tokoh utama enggak berhasil
menarik simpatiku. Entahlah apa yang salah, rasanya kurang greget aja. Mungkin
karena aku enggak menemukan perubahan yang cukup berarti antara Nigi remaja
sebelum ketemu Saba, Nigi remaja setelah ketemu Saba ataupun Nigi dewasa.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi Nigi juga terkesan simple, hanya seputar masalah hatinya yang sering galau. Kekurangan
lain yakni berkaitan dengan masalah teknis, terdapat banyak typo yang cukup mengganggu.
Nigi mengatupkan bibir, berfikir
pernyataan saba tadi benarnya.
-baris 15-16 halaman 70-
Kalimatnya
agak janggal, mungkin jika ditambahkan kata ‘ada’ sebelum kata ‘benarnya’ jadi
berterima.
Noel muncul di dengan tangan penuh
camilan.
-baris 9 halaman 99-
Jika
kata ‘di’ dihilangkan, harusnya tidak jadi masalah.
Saba tampak berbeda malam ini. biasanya
cowk itu bicara...
-baris 23 halaman 99-
Pada
kata ‘cowok’, hutuf o yang kedua hilang.
Nigi menarik Saba menjauh dari kerumunan
dengan kasar, membawanya ke taman belakang ya sepi.
-baris 20-21 halaman 105-
Kata
‘ya’ mungkin maksudnya adalah kata ‘yang’.
“Terlalu banyak berhadap dari lo.”
-baris 10-11 halaman 106-
Mungkin
maksudnya bukan ‘berhadap’ melainkan ‘berharap’.
..., ia langsung teringatan
pembicaraannya...
-baris 24 halaman 115-
Akan
lebih nyaman dibaca jika ‘teringatan’ diganti ‘teringat’ atau ‘teringat akan’.
Pada
halaman 55 baris 4, Nigi memanggil dirinya dengan ‘Nigi’ tapi di baris 16
halaman 113, baris 9 halaman 120, baris 22 halaman 139, baris 16 halaman 190
dan baris 6-7 halaman 196 Nigi dan mamanya memanggil Nigi dengan sebutan
‘Gigi’. Aku kurang pahan ini memang disengaja atau tidak tapi menurutku
alangkah lebih baik jika diseragamkan saja.
“Padahal gue perlakukan diaseperti adik
kandung gue”
-baris 9 halaman 122-
Bukankan
harusnya antara kata ‘dia’ dan ‘seperti’ dipisahkan spasi?
... perempuan yang sudah sepuluh tak ia
jumpai.
-baris 10 halaman 198-
Setelah
kata ‘sepuluh’ mungkin akan lebih konkret ketika ditambahi satuan waktu
misalnya ‘tahun’.
... bogem mentahnya pria di hadapan
perempuan itu.
-baris 11 halaman 199-
Akan
lebih nyaman dibaca jika sebelum kata ‘pria’ ditambahkan kata ‘kepada’.
... Devi melanjutkan kalimatnya.
-baris ke 19 halaman 202-
Terdapat
kesalahan penyebutan nama tokoh. Nama tokoh yang benar ialah Deva.
... meraih perlangkapan vital sign-nya...
-baris ke 7 halaman 209-
Aku
cek di kamus yang benar ‘perlengkapan’, bukan ‘perlangkapan’ seperti yang
tertera di novel.
But, untuk keseluruhan novel ini bisa
diperhitungkan bagi kamu yang lagi cari bacaan ringan genre teenlit. Selamat
membaca dan bersiap-siaplah dikatain gila karena senyum-senyum sendiri
gara-gara baper! >_<
0 komentar:
Posting Komentar