Enggak Mau Ditembak, tapi Dipinang adalah cerpen
yang gue ikut sertain dalam event penerbit rumah kita dengan tema Say No to Pacaran.
Yang udah pernah pacaran atau lagi pacaran, jangan tersinggung ya?! Gue buat
cerita ini cuma buat nyesuaiin temanya aja kok *Tapi temanya cocok sih buat gue
pribadi. Hehehe.
Sumber: fb penerbit
Enggak Mau Ditembak,
tapi Dipinang
(Oleh: Desita W)
....
Di
antara sajak yang kurangkai
Tak
ada kata yang lebih indah
Dari
namamu yang kutuliskan
Di
antara kata yang disajikan
Tak ada yang lebih hidup
Dari rasa yang ikut tertuang
Bersama keabadian kata
Dalam sajak yang menua
Pena yang kupegang menari – nari
menggoreskan kata pada selembar kertas yang mulai ternoda. Tertutup tinta yang
membentuk susunan kata dalam sajak yang tengah kurangkai.
“Ngejar deadline lagi bro?” Ujar sahabatku Rikza yang tengah memicingkan
matanya untuk melihat layar deskop di laptopku.
“Bukan, hanya iseng saja.” Kataku yang
menanggapinya sambil tersenyum.
“Eh, sudah baca email dari purna OSIS
angkatan kita belum?” Tanya Rikza yang kini telah mengambil posisi duduk di
sampingku.
“Belum. Memangnya ada apa?” Tanyaku
menyelidik.
“Bulan depan bakal ada reuni buat
angkatan kita! Denger – denger sih reuni tahun ini bakal dibuat meriah, enggak
seformal kayak reuni sebelumnya.” Terangnya dengan antusias.
“Wah, biayanya pasti mahal.” Celetukku
spontan.
“Ya gitu, tapi kayaknya disponsori sama
perusahaan yang dipegang Irfan deh. Tuh anak kan sekarang udah sukses. Udah
bisa bangun cabang di banyak tempat, jadi kalau cuma jadi sponsor acara reuni
kayaknya sih enggak seberapa.”
“Wah, hebat banget Irfan. Memang sudah
kelihatan dari SMA sih bakatnya untuk jadi pengusaha.” Ujarku ikut bangga
mengingat teman SMA kami Irfan.
****
“Sudah bagus kok. Nanti tinggal
konsultasi masalah sampulnya sama karyawan yang baru.” Ujar Pak Fendra, Editor
untuk buku terbaruku.
“Karyawan baru? Memangnya Mbak Hesti
kemana pak?” Kataku menanyakan keberadaan Mbak Hesti yang selama ini telah
mendesain cover untuk buku – bukuku.
“Mbak Hesti ambil cuti satu bulan untuk
persiapan pernikahannya sekaligus honeymoon.” Kata Pak Fendra dengan
memberikan penekanan pada kata yang terakhir.
“Owh, kok aku belum dapat undangannya
ya?”
“Sabar saja, paling – paling kurang dari
seminggu lagi sampai.” Aku terkekeh mendengar komentar Pak Fendra. Kemudian
pamit undur diri dan tak lupa meminta cp rekanku yang baru untuk segera
berkonsultasi mengenai cover buku terbaruku.
****
Aku menunggu rekan baruku di sebuah kafe
yang letaknya tidak begitu jauh dari kantor penerbitan yang bekerja sama
denganku. Tadi aku menghubunginya, dan karena ini sudah waktunya makan siang
maka kami memutuskan membahasnya sambil luch bersama. Tak banyak yang
kutahu tentang dia. Yang aku tahu dia baru bekerja seminggu yang lalu, dia seumuran denganku dan
namanya Velia.
Ah, mendengar nama Velia membuatku
bernostalgia tentang teman SMA-ku yang memiliki nama serupa. Tapi entah sekarang
dia ada di mana, sudah lama aku tidak
mendengar kabar tentangnya.
“Assalaamu’alaikum Kevin. Sudah lama
nunggunya?” Sapa sebuah suara yang muncul dari balik punggungku. Aku
memicingkan mata berusaha memastikan sosok yang sudah duduk di hadapanku seraya
menjawab salamnya dengan suara yang nyaris hilang.
“Jadi rekan baruku itu kamu Vel? Kenapa
tidak bilang?”
“Biar jadi kejutan, kalau kamu sudah
tahu kan tidak seru.” Ujarnya renyah.
“Ah, bisa saja kamu. Mau aku pesankan
seperti biasa atau sudah ganti selera?” Tanyaku menawarkan.
“Hahaha, memang kamu masih ingat?”
Tanyanya sedikit menggoda.
“Tentu. Nasi goreng spesial agak pedas,
telurnya garing, tanpa tomat dan timun. Ia kan?” Jawabku lancar karena sudah
hafal di luar kepala.
“Yap! Seratus buat kamu.” Katanya riang
sambil mengacungkan dua jempol. Aku balas memberikan senyum sebelum beranjak ke
bagian pemesanan.
****
“Coba kamu lihat! Kemarin aku sempat
buat desain kasar untuk buku kamu, kalau ada yang kamu suka nanti tinggal aku
permak lagi saja.”
“Wah, desainnya keren - keren Vel. Ini
sih lebih cocok disebut desain yang sudah jadi daripada desain kasar.”
“Enggaklah, ini masih mentah kali.
Gimana? Ada yang sreg[1]?”
“Emh, aku rasa yang ini. Tapi format
judulnya dimodifikasi lagi supaya terkesan fresh. Sudah sih kayaknya itu saja,
yang lainnya sudah bagus kok.”
“Oke, nanti aku kirim via facebook ya.
Sekarang aku mau pamit dulu.” Ucap Velia yang mulai membenahi barang –
barangnya kemudian memberi salam yang aku jawab dengan setulus hati untuknya.
****
Velia menepati janji untuk mengirim
desainnya lewat inbox facebook. Desain yang ia kirim dua kali lipat lebih bagus dari
desain yang ditunjukkannya siang tadi. Aku tidak tahu bagaimana bisa ia
menyelesaikan desain sebagus ini dalam waktu singkat. Caranya dalam menghargai
waktu memang luar biasa.
Tanpa sadar tanganku mengarahkan mouse
untuk melihat foto – foto Velia di facebook. Hanya sedikit foto yang
memperlihatkan wajahnya, itupun tidak terlalu jelas. Sebagian besar hanya foto
siluetnya yang membelakangi kamera. Tapi aku tetap menemukan kecantikan dalam
foto – foto itu.
“Wah, lagi CLBK nih.” Kata Rikza yang
tiba – tiba sudah duduk di sampingku.
“Cinta lama bersemi kembali?”
“Cinta lama belum kelar! Hahaha.”
Jawabnya yang diikuti tawa karena puas mengejekku.
“Kamu bisanya cuma mengejek Za.
Memangnya cinta kamu sama Imma dulu kesampaian?” Tanyaku membalasnya.
“Imma yang mana?” Rikza terlihat
berfikir.
“Sok lupa lagi. Imma sahabatnya Velia.
Dulu kamu kan suka sama dia.”
“Owh Imma Anisa, tapi kan alasan dia
sudah jelas. Dia sudah dijodohkan sejak kecil, jadi dia tidak bisa menerima
perasaanku. Beda dengan Velia. Apa coba maksudnya dengan tidak siap? Kan kamu
hanya memintanya untuk pacaran.” Aku terdiam mendengar penuturan Rikza, sepintas
kuinggat kembali masa lalu dimana aku pernah meminta Velia untuk jadi pacarku.
“Hey! Malah melamun.Terus maunya kamu
sekarang bagaimana?”
“Maksud kamu?”
“Kamu kan masih ada rasa sama Velia,
lantas mau kamu apakan? Apakah kamu akan mengejarnya lagi seperti dulu?” Kini
ekspresi Rikza menjadi lebih serius.
“Entahlah, aku sedikit ragu. Tapi aku
pasti akan menanyakannya lagi, dan ini untuk yang terakhir kalinya. Jika kali
ini dia tetap menolak, berarti bukan dia jodoh yang disiapkan Allah untukku.
Aku akan ikhlas dan mendoakan yang terbaik untuknya.”
****
Acara reuni tahun ini memperlihatkan
wajah – wajah baru. Wajah dari orang – orang yang mampu membuat teman – teman
seangkatanku melepas masa lajangnya. Meski dalam keramaian, aku langsung
menemukan sosok yang kucari. Kudekati sosok itu dengan tenang meski ada gemuruh
yang bergejolak di hatiku.
Velia duduk anggun layaknya seorang
putri dari keluarga terhormat. Hanya saja penampilannya begitu sederhana. Jilbab
dan gamis berwarna biru muda yang senada itu membalut seluruh auratnya dalam
kesederhanaan yang mengandung candu.
“Assalaamu’alaikum.” Sapaku pada Velia
yang duduk seorang diri di meja dengan kapasitas kursi untuk enam orang.
“Wa’alaikumussalaam Warahmatullaahi
Wabarakaatuh.” Jawabnya yang membalas salamku lebih lengkap.
“Vel, aku mau tanya sesuatu sama kamu.
Boleh?”
“Tentu. Katakan saja.”
“Kenapa dulu kamu menolak jadi pacarku?
Apa yang kamu maksud dengan ‘belum siap’?” Tanyaku hati – hati, takut
membuatnya merasa risih karena membahas masa lalu.
“Kupikir dulu aku terlalu muda untuk
mencintai makhluk lain selain kedua orang tuaku. Aku takut rasa cintaku pada
Allah akan berkurang karena ketidak siapanku.” Katanya mantap seakan pemikiran
itu tengah dirasakannya baru – baru ini.
“Lalu bagaimana dengan sekarang? Apakah
kamu mau menjadi pacarku?” Tanyaku ragu namun penuh harap sementara Velia hanya
menggeleng.
“Kenapa? Apakah aku tidak pantas untukmu”
Tanyaku menatap langsung kedua matanya untuk mencari kebenaran dan berusaha
menyembunyikan kekecewaan atas reaksinya.
“Bukan. Hanya saja aku ingin menjadi
pacar bagi suamiku kelak. Bukan sembarang lelaki, namun lelaki yang halal untuk
mencintai dan dicintai.”
“Kalau begitu jika aku memintamu menjadi
isteriku, apakah kamu bersedia menerimaku?” Kuselipkan harapan dalam tiap kata
yang baru kuucapkan.
“Tentu, asal dengan cara yang dihalalkan
agama kita.” Velia mengulum senyum manisnya dan aku ikut tersenyum mendengar
jawabannya.
Kurasa aku telah menemukan jodoh yang
disiapkan Allah untukku. Wanita yang selalu menjaga cintanya hingga siap ia
berikan pada lelaki yang meminangnya. Wanita terbaik yang akan selalu terlihat
cantik bagiku.
Pingin
baca cerpen-cerpen tema serupa, pesen aja bukunya di: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1581591745494306&set=gm.1049817135061353&type=3&theater