Kamis, 28 April 2016

Enggak Mau Ditembak, tapi Dipinang_#Edisi Hasil Ngayal

Enggak Mau Ditembak, tapi Dipinang adalah cerpen yang gue ikut sertain dalam event penerbit rumah kita dengan tema Say No to Pacaran. Yang udah pernah pacaran atau lagi pacaran, jangan tersinggung ya?! Gue buat cerita ini cuma buat nyesuaiin temanya aja kok *Tapi temanya cocok sih buat gue pribadi. Hehehe.
Sumber: fb penerbit

Enggak Mau Ditembak, tapi Dipinang
(Oleh: Desita W)
....
Di antara sajak yang kurangkai
Tak ada kata yang lebih indah
Dari namamu yang kutuliskan
Di antara kata yang disajikan
            Tak ada yang lebih hidup
            Dari rasa yang ikut tertuang
            Bersama keabadian kata
            Dalam sajak yang menua
Pena yang kupegang menari – nari menggoreskan kata pada selembar kertas yang mulai ternoda. Tertutup tinta yang membentuk susunan kata dalam sajak yang tengah kurangkai.
“Ngejar deadline lagi bro?” Ujar sahabatku Rikza yang tengah memicingkan matanya untuk melihat layar deskop di laptopku.
“Bukan, hanya iseng saja.” Kataku yang menanggapinya sambil tersenyum.
“Eh, sudah baca email dari purna OSIS angkatan kita belum?” Tanya Rikza yang kini telah mengambil posisi duduk di sampingku.
“Belum. Memangnya ada apa?” Tanyaku menyelidik.
“Bulan depan bakal ada reuni buat angkatan kita! Denger – denger sih reuni tahun ini bakal dibuat meriah, enggak seformal kayak reuni sebelumnya.” Terangnya dengan antusias.
“Wah, biayanya pasti mahal.” Celetukku spontan.
“Ya gitu, tapi kayaknya disponsori sama perusahaan yang dipegang Irfan deh. Tuh anak kan sekarang udah sukses. Udah bisa bangun cabang di banyak tempat, jadi kalau cuma jadi sponsor acara reuni kayaknya sih enggak seberapa.”
“Wah, hebat banget Irfan. Memang sudah kelihatan dari SMA sih bakatnya untuk jadi pengusaha.” Ujarku ikut bangga mengingat teman SMA kami Irfan.
****
“Sudah bagus kok. Nanti tinggal konsultasi masalah sampulnya sama karyawan yang baru.” Ujar Pak Fendra, Editor untuk buku terbaruku.
“Karyawan baru? Memangnya Mbak Hesti kemana pak?” Kataku menanyakan keberadaan Mbak Hesti yang selama ini telah mendesain cover untuk buku – bukuku.
“Mbak Hesti ambil cuti satu bulan untuk persiapan pernikahannya sekaligus honeymoon.” Kata Pak Fendra dengan memberikan penekanan pada kata yang terakhir.
“Owh, kok aku belum dapat undangannya ya?”
“Sabar saja, paling – paling kurang dari seminggu lagi sampai.” Aku terkekeh mendengar komentar Pak Fendra. Kemudian pamit undur diri dan tak lupa meminta cp rekanku yang baru untuk segera berkonsultasi mengenai cover buku terbaruku.
****
Aku menunggu rekan baruku di sebuah kafe yang letaknya tidak begitu jauh dari kantor penerbitan yang bekerja sama denganku. Tadi aku menghubunginya, dan karena ini sudah waktunya makan siang maka kami memutuskan membahasnya sambil luch bersama. Tak banyak yang kutahu tentang dia. Yang aku tahu dia baru bekerja  seminggu yang lalu, dia seumuran denganku dan namanya Velia.
Ah, mendengar nama Velia membuatku bernostalgia tentang teman SMA-ku yang memiliki nama serupa. Tapi entah sekarang dia ada di mana,  sudah lama aku tidak mendengar kabar tentangnya.
“Assalaamu’alaikum Kevin. Sudah lama nunggunya?” Sapa sebuah suara yang muncul dari balik punggungku. Aku memicingkan mata berusaha memastikan sosok yang sudah duduk di hadapanku seraya menjawab salamnya dengan suara yang nyaris hilang.
“Jadi rekan baruku itu kamu Vel? Kenapa tidak bilang?”
“Biar jadi kejutan, kalau kamu sudah tahu kan tidak seru.” Ujarnya renyah.
“Ah, bisa saja kamu. Mau aku pesankan seperti biasa atau sudah ganti selera?” Tanyaku menawarkan.
“Hahaha, memang kamu masih ingat?” Tanyanya sedikit menggoda.
“Tentu. Nasi goreng spesial agak pedas, telurnya garing, tanpa tomat dan timun. Ia kan?” Jawabku lancar karena sudah hafal di luar kepala.
“Yap! Seratus buat kamu.” Katanya riang sambil mengacungkan dua jempol. Aku balas memberikan senyum sebelum beranjak ke bagian pemesanan.
****
“Coba kamu lihat! Kemarin aku sempat buat desain kasar untuk buku kamu, kalau ada yang kamu suka nanti tinggal aku permak lagi saja.”
“Wah, desainnya keren - keren Vel. Ini sih lebih cocok disebut desain yang sudah jadi daripada desain kasar.”
“Enggaklah, ini masih mentah kali. Gimana? Ada yang sreg[1]?”
“Emh, aku rasa yang ini. Tapi format judulnya dimodifikasi lagi supaya terkesan fresh. Sudah sih kayaknya itu saja, yang lainnya sudah bagus kok.”
“Oke, nanti aku kirim via facebook ya. Sekarang aku mau pamit dulu.” Ucap Velia yang mulai membenahi barang – barangnya kemudian memberi salam yang aku jawab dengan setulus hati untuknya.
****
Velia menepati janji untuk mengirim desainnya lewat inbox facebook. Desain yang ia kirim dua kali lipat lebih bagus dari desain yang ditunjukkannya siang tadi. Aku tidak tahu bagaimana bisa ia menyelesaikan desain sebagus ini dalam waktu singkat. Caranya dalam menghargai waktu memang luar biasa.
Tanpa sadar tanganku mengarahkan mouse untuk melihat foto – foto Velia di facebook. Hanya sedikit foto yang memperlihatkan wajahnya, itupun tidak terlalu jelas. Sebagian besar hanya foto siluetnya yang membelakangi kamera. Tapi aku tetap menemukan kecantikan dalam foto – foto itu.
“Wah, lagi CLBK nih.” Kata Rikza yang tiba – tiba sudah duduk di sampingku.
“Cinta lama bersemi kembali?”
“Cinta lama belum kelar! Hahaha.” Jawabnya yang diikuti tawa karena puas mengejekku.
“Kamu bisanya cuma mengejek Za. Memangnya cinta kamu sama Imma dulu kesampaian?” Tanyaku membalasnya.
“Imma yang mana?” Rikza terlihat berfikir.
“Sok lupa lagi. Imma sahabatnya Velia. Dulu kamu kan suka sama dia.”
“Owh Imma Anisa, tapi kan alasan dia sudah jelas. Dia sudah dijodohkan sejak kecil, jadi dia tidak bisa menerima perasaanku. Beda dengan Velia. Apa coba maksudnya dengan tidak siap? Kan kamu hanya memintanya untuk pacaran.” Aku terdiam mendengar penuturan Rikza, sepintas kuinggat kembali masa lalu dimana aku pernah meminta Velia untuk jadi pacarku.
“Hey! Malah melamun.Terus maunya kamu sekarang bagaimana?”
“Maksud kamu?”
“Kamu kan masih ada rasa sama Velia, lantas mau kamu apakan? Apakah kamu akan mengejarnya lagi seperti dulu?” Kini ekspresi Rikza menjadi lebih serius.
“Entahlah, aku sedikit ragu. Tapi aku pasti akan menanyakannya lagi, dan ini untuk yang terakhir kalinya. Jika kali ini dia tetap menolak, berarti bukan dia jodoh yang disiapkan Allah untukku. Aku akan ikhlas dan mendoakan yang terbaik untuknya.”
****
Acara reuni tahun ini memperlihatkan wajah – wajah baru. Wajah dari orang – orang yang mampu membuat teman – teman seangkatanku melepas masa lajangnya. Meski dalam keramaian, aku langsung menemukan sosok yang kucari. Kudekati sosok itu dengan tenang meski ada gemuruh yang bergejolak di hatiku.
Velia duduk anggun layaknya seorang putri dari keluarga terhormat. Hanya saja penampilannya begitu sederhana. Jilbab dan gamis berwarna biru muda yang senada itu membalut seluruh auratnya dalam kesederhanaan yang mengandung candu.
“Assalaamu’alaikum.” Sapaku pada Velia yang duduk seorang diri di meja dengan kapasitas kursi untuk enam orang.
“Wa’alaikumussalaam Warahmatullaahi Wabarakaatuh.” Jawabnya yang membalas salamku lebih lengkap.
“Vel, aku mau tanya sesuatu sama kamu. Boleh?”
“Tentu. Katakan saja.”
“Kenapa dulu kamu menolak jadi pacarku? Apa yang kamu maksud dengan ‘belum siap’?” Tanyaku hati – hati, takut membuatnya merasa risih karena membahas masa lalu.
“Kupikir dulu aku terlalu muda untuk mencintai makhluk lain selain kedua orang tuaku. Aku takut rasa cintaku pada Allah akan berkurang karena ketidak siapanku.” Katanya mantap seakan pemikiran itu tengah dirasakannya baru – baru ini.
“Lalu bagaimana dengan sekarang? Apakah kamu mau menjadi pacarku?” Tanyaku ragu namun penuh harap sementara Velia hanya menggeleng.
“Kenapa? Apakah aku tidak pantas untukmu” Tanyaku menatap langsung kedua matanya untuk mencari kebenaran dan berusaha menyembunyikan kekecewaan atas reaksinya.
“Bukan. Hanya saja aku ingin menjadi pacar bagi suamiku kelak. Bukan sembarang lelaki, namun lelaki yang halal untuk mencintai dan dicintai.”
“Kalau begitu jika aku memintamu menjadi isteriku, apakah kamu bersedia menerimaku?” Kuselipkan harapan dalam tiap kata yang baru kuucapkan.
“Tentu, asal dengan cara yang dihalalkan agama kita.” Velia mengulum senyum manisnya dan aku ikut tersenyum mendengar jawabannya.
Kurasa aku telah menemukan jodoh yang disiapkan Allah untukku. Wanita yang selalu menjaga cintanya hingga siap ia berikan pada lelaki yang meminangnya. Wanita terbaik yang akan selalu terlihat cantik bagiku.





[1] ‘pas / sesuai’ dalam bahasa jawa.

Lanjut kemana?_#Edisi Meracau

Lanjut kemana?
Akhir tahun ketiga tu ternyata berat ya kawan. Dimana-mana pasti ada aja yang ngajuin pertanyaan nyesek kaya: “Ngelanjutin ke mana?”, “Habis ini mau kuliah dimana?”. Hello? Ini juga masih dalam proses nunggu pengumuman masuk perguruan tinggi keles. Mana gue tahu ntar ketrimanya dimana, kan enggak cuma daftar satu instansi.
Yah, sekadar saran aja sih. Kalau mau tanya karena udah keburu penasaran sebelum pertengahan bulan Mei, mending pertanyaannya ganti gini: “Daftar kemana aja?”. Pasti kita jawabnya lebih enak. Coz kalau pertanyaannya “Mau ngelanjutin ke mana?” dan gue jawab universitas inceran gue, itu beban batin bro.

Enggak masalah kalau emang ketrima di situ. Nah, kalau ternyata enggak ketrima kan gue jadi malu ketemu sama orang yang pernah tanya tadi. Mungkin aja dia ngira gue bohong, atau mungkin dia malah ngira gue bodoh karena gak bisa masuk universitas inceran gue. Meski yang kedua itu ada benernya, tapi pasti elo-elo gak pingin kan ada yang nganggep elo bodoh? *Iyalah!

'Story of Tomcong'_#Edisi Hasil Ngayal

Story of Tomcong adalah cerpen horor komedi pertama yang gue buat pas kelas 8 SMP. Waktu itu gue lagi getol-getolnya baca novel & cerpen bergenre serupa. Cerpen ini pernah digubah temen gue jadi naskah film dengan beberapa perubahan demi memenuhi tugas kelas di akhir semester 2 pas kelas X SMA. Dari pada penasaran, langsung aja deh baca cerpennya!

Story of Tomcong
            Pemakaman itu sunyi, gelap dan dipenuhi kabut putih tipis yang entah dari mana asalnya. Di sebuah makam baru, duduk sesosok pocong tanpa identitas.
            “Oi cong, isi dulu nih formulirnya!” bentak sesosok setan berjubah hitam tanpa wajah. Meski tidak diketahui bagaimana bisa dia ngomong, jelas - jelas gak punya mulut, itu masih menjadi misteri........
            Pocong menatap setan itu beberapa saat, kemudiaan menangis sejadi–jadinya, “Hua...hua...hua...”
            “Lo... kok loe malah nangis si cong?” setan berjubah hitam tanpa wajah itu kebingungan melihat reaksi pocong yang tidak terduga.
            “Anda itu kejam sekali sih? Udah tau gue ini pocong, masa ia masih disuruh ngisi formulir? Pikir aja sendiri gimana cara gue nulisnya?”
            “Hahaha... itu to masalahnya, ia deh maaf-maaf, gue lupa klo loe belum ke sekolah setan, jadi belum tau cara para pocong nulis, makan, minum, dan sebagainya tanpa perlu pakai tangan.”
            “Ha...? Emang bisa?” tanya pocong bingung kuadrat.
            “Ok! Khusus kali ini, biar gue yang isi formulirnya, elo yang ngomong. By the way, habis ni gue anter loe ke sekolah setan biar loe kagak bego’–bego’ amat.”
                                                *******
            Di sekolah setan,
            “Semuanya, malam ini kita kedatangan setan baru.” Guru setan yang entah dari jenis setan apa, menatap pocong agar masuk ke kelas.
             Di ambang pintu kelas, mata pocong seperti tersihir tawa sesosok kunti yang sedang bersendau gurau bersama teman–temannya. Tiba tiba saja wangi semerbak kembang tujuh rupa dan lantunan lagu i heart you menyelimutinya layaknya kain mori yang ia kenakan. Seketika itu pula ia sadar kalau seisi kelas memperhatikan tingkah abnormalnya. Buru–buru ia masuk kelas dan mulai memperkenalkan diri, “Perkenalkan nama saya Tomcong dan alasan saya meninggal e,,,e,,,bukan maksud saya untuk tidak memberi tahu, tapi ini privasi.” Jawabnya asal mengingat ia tidak punya alasan lain lagi.
            “Ya sudah kalau begitu, silahkan duduk di nisan yang masih kosong!”
            Sekedar pemberitahuan, batu nisan yang di maksud merupakan pengganti kursi.
            Di tengah – tengah pelajaran, mata Tomcong tidak bisa lepas dari sesosok kunti yang membuat jantungnya tidak dapat berhenti berdebar-debar, meskipun seharusnya setelah menjadi setan, ia sudah tidak punya jantung. Itu juga masih menjadi tanda tanya.
            Malam menjelang subuh, barulah kelas pertama tomcong berakhir. Meskipun begitu, Tomcong masih belum mengerti benar materi yang disampaikan guru setan. Padahal, materinya cuma peratutran-peraturan wajib sebagai setan. Karena memang pada dasarnya, IQ Tomcong sedikit di bawah rata-rata. Hal ini pun dijadikannya dasar untuk bisa bicara dengan kunti cantik pujaan hatinya.
            “Hallo, nama saya Tomcong, boleh tanya tidak?” Tegur Tomcong malu-malu.
            “Hi...hihihihi... loe lucu deh. Gak usah formal gitu napa? Gue dah tau kok klo nama loe Tomcong. Kan tadi dah denger waktu loe memperkenalkan diri. By the way, loe mau tanya apa?”
            “Sebenernya gue mau tanya materi yang tadi. Tapi sebelumnya, boleh tau gak nama loe siapa?”
            “Oh ia ampe lupa, nama gue Kuntiperry. Nama ini gue ambil karena semasa gue idup, gue nge-fans banget ama Katy Perry. Kembali ke topik awal, tadi kan loe bilang mau tanya materi, semua materi tadi dah ada di buku ini... klo loe mau, loe boleh pinjem punya gue kok,” Kuntiperry menyodorkan buku itu ke Tomcong, tapi Tomcong malah diem tak bereaksi.
            “Lo... kok loe gak mau terima nih buku si?” Tanya Kuntiperry dengan perasaan kecewa.
            “Bukan gitu maksud gue, ni kan hari pertama gue masuk sekolah setan, jadi gue belum tau gimana caranya para pocong melakukan sesuatu tanpa tangan.”
            “Oh ia juga ya, pelajaran khusus pocong pemula kan besok malem, ya udah deh kapan-kapan aja loe pinjem nih buku.” Kata Kuntiperry seraya memasukkan kembali buku itu ke dalam tas pink lucu kesayangannya. “Good morning ya cong, bye bye,” Lanjut Kuntiperry sebelum meninggalkan pocong sendirian di dalam kelas.
                                                *******
            Beberapa malam kemudian, Tomcong telah sukses mempraktekkan cara para pocong melakukan aktifitas meskipun tanpa tangan. Padahal biasanya, pocong-pocong pemula langsung bisa setelah sekali ikut pelajaran. Tapi khusus untuk tomcong, butuh beberapa kali pertemuan, alasannya... kalian pasti udah tau.
            Dan akhirnya Tomcong berhasil meminjam buku milik Kuntiperry.
            Malam jum’at kliwon itu pula, para setan-setan di sekolah setan, terjun lapangan untuk praktek menakut-nakuti orang. Dan kebetulan, Tomcong dan Kuntiperry berada dalam kelompok yang sama. Ini sesuatu yang menggembirakan sekaligus mengkhawatirkan bagi Tomcong. Pasalnya, jika sesosok setan hendak ditakuti, dia harus serem. Sementara, mau diapakan juga, muka Tomcong bukannya serem, justru amat cupu dan menggemaskan dengan kacamata besar berbingkai kuning yang unyu-unyu.
            “Cong, kita kan kebagian tugas magang di pemakaman mlatiwangi, sebenernya itu tempat kagak begitu serem, jadi kita mesti kerja keras buat nakut-nakuti orang yang lewat. Semangat ya...!” Dukungan Kuntiperry membakar semangat Tomcong untuk bikin orang-orang kencing di celana setelah melihatnya.
            “Oke!” Jawab Tomcong semangat.
            “Oke klo gitu gue pergi ke pos gue, dan sekarang loe puter gih kaset ni! Biar nambah efek serem gitu...”
            Awalnya Tomocong bingung mau puter tu kaset dimana, tapi setelah melihat ke arah pohon bambu, dia baru sadar klo disana ada DJ dari ras drakula dengan peralatan canggihnya yang udah stand by.
            Suasana seram pun mulai terbangun, semangat Tomcong untuk menakut-nakuti semakin menggebu-gebu.
            Beberapa saat kemudian, seorang preman yang sedang mabuk berat melintasi tempat mereka bertugas. Preman itu berjalan sempoyongan dengan bau alkohol yang sangat menyengat.
            Tomcong langsung melompat ke arah preman itu, dengan maksud untuk menakut-nakuti. Preman itu langsung jatuh tak sadarkan diri. Ini membuat popularitas Tomcong melejit karena belum ada setan baru yang bisa bikin preman takut sampai pingsan, karena para preman menganggap klo setan itu temennya. Walau sebenarnya, penyebab preman itu pingsan, karena dia emang terlalu banyak minum. Tapi tak ada yang tau kejadian sebenarnya.
            Setelah kejadian itu, hubungan Tomcong dan Kuntiperry semakin dekat. Mereka berdua selalu mendapat nilai terbaik di sekolah setan. Hingga akhirnya, tomcong memutuskan untuk mengutarakan perasaannya kepada Kuntiperry, bertepatan pada hari kelulusan.
            “Ini saatnya gue harus terus terang sama Kuntiperry.” Ujar tomcong membulatkan tekadnya.
            Di aula sekolah setan, seluruh setan-setan bersiap mendengarkan nama-nama setan yang lulus.
            Kepsek setan yang pastinya dari ras genderuwo, mulai membacakan hasil ujian murid-murid di sekolah setan. “Sebelum saya umumkan hasilnya, saya punya pengumuman penting. Siapa saja yang nantinya mendapat peringkat pertama, maka ia akan di kirim ke jepang untuk menjalankan tugas mulia, yaitu menakut-nakuti dengan gaji yang sangat menggiurkan. Dan hasil dari keja keras kalian selama ini telah membuahkan hasil,,, yaitu... angkatan tahun ini lulus semua dengan nilai yang patut di banggakan. Untuk masalah peringkat, bisa kalian lihat sendiri di pohon yang telah di sediakan.”
            Tomcong yang baru saja datang dan tidak tau tentang isi pengumuman kepsek setan, langsung menemui Kuntiperry untuk mengungkapkan persaannya.
            “Kuntiperry, maukah kamu jadi kekasihku?” Kata Tomcong seraya mengulurkan bunga mawar ke arah Kuntiperry.
            Dan perlu saya tegaskan, berhubung Tomcong tidak bisa menggunakan tangannya untuk menyerahkan setangkai bunga mawar itu, dia menggunakan tatapan matanya untuk membuat bunga mawar itu melayang sesuai keinginanya yang telah ia pelajari selama bersekolah di sekolah setan.
            Kuntiperry menatap Tomcong beberapa saat, kemudian ia berkata denagan perlahan, “Maaf cong, bukannya gue gak mau jadi pacar loe,  tapi gue mesti pergi memulai karir di Jepang karena gue dapet peringkat 1. Dan ini adalah kesempatan emas yang gak datang dua kali dan gak bakal gue sia-siain. Sekali lagi maaf ya cong...”
            “Oh, gitu ya, bagus deh klo loe dapet kerjaan yang layak. Gue ikut seneng kok......” Ucap Tomcong berusaha menghibur dirinya dengan senyum yang kelihatan sangat gak ikhlas.
                                                *******
            Di depan gerbang area pemakaman, Tomcong terduduk tak berdaya meratapi nasibnya yang tragis plus dramatis melankolis.
            “Hai cin, kok kelihatan galau gitu si mukanya?” Tegur sesosok setan dari sesama ras pocong.
            “Loe siapa?”
            “Oh ia, belum kenalan ya? Maaf-maaf, nama eke ‘Bencong’, tapi eke bukan bencong-bencong yang ada di tepi jalan, Ben itu nama eke, karena eke udah jadi pocong, jadi nama eke beralih dari Ben ke Bencong...”
            “Hahahahaha... nama ama penampilan loe cocok buanget deh.”
            “Ih... kamyu jahat deh,”
            “Sorry-sorry, gue gak maksud gitu,” Tampang Tomcong kembali galau.
            “Emang kamyu kenapa?”
“Gue galau gara-gara ditinggalin calon gebetan gue ke Jepang.”
“Oh... kirain gara-gara jadi pocong...”
“Klo itu si enggak. Justru gue suka kok jadi pocong... perkenalkan nama gue Tomcong.”
“Oh ia cin, gimana si cara loe koid?”
“Gue di kejar-kejar pengamen bencong, gara-gara gue kagak mau ngasih cepek, bukannya kagak mau si, cuman emang gue udah kagak punya fulus, trus tu bencong maksa banget ngejar gue ampe ketabrak bis. Tapi bukan itu yang bikin gue koid, tapi gara-gara mobil ambulan yang bawa gue ke rumah sakit tabrakan ama truk sampah. Itu sebabnya gue kagak mau dan kagak akan pernah mau nyeritain sebab kematian gue...”
“o_O.......???????”
                                                *******

Dan meskipun Tomcong gagal jadian sama Kuntiperry, ia tidak pernah putus semangat melanjutkan kehidupannya, eh salah, maksud saya kematiannya, karena ia selalu di temani sahabat karibya, ‘BENCONG’.

This Blog

Blog ini gue dedikasiin buat elo, sobat-sobat gue yang mulai sekarang bakal jarang ngelihat kelakuan ‘sowong[1]’ gue. Hiks hiks hiks.
Cup cup cup! Gue enggak nyediain empeng di blog gue nih. Tapi tenang aja, gue bakal nyediain tulisan-tulisan buat ngehibur elo yang lagi kangen sama gue.  –Ngarep–
Di sini gue bagi postingannya jadi beberapa kategori
1.      Hasil Ngayal
Sesuai namanya, ini isinya cerita-cerita hasil imajinasi gue yang luber. Beberapa tokohnya pake nama elo sob, tapi jangan kesinggung apalagi kegeeran ya?! Coz isi ceritanya cuma khayal.
2.      Meracau
Ini edisi khusus yang mungkin aja postingannya bakal lebih banyak dari kategori lain karena tulisan-tulisan di sini berdasarkan pengalaman, masalah ataupun uneg-uneg gue sehari-hari. Bisa juga sekadar postingan iseng yang ditulis berdasarkan sudut pandang otak gue yang rada ngaco.
3.      Catatan Bahula
Isinya catatan jadul gue semasa sekolah dulu. Ini cocok buat kalian para junior gue biar enggak pada sms dan minta tolong buat ngajarin materi sekolah satu-satu. Gue selipin juga beberapa soal dan tips yang siapa tahu bisa bantu kalian. Happy study!
Eits, buat pembaca yang enggak sengaja nyasar di blog gue, jangan langsung pergi aja! Siapa tahu elo bisa dapet pencerahan setelah baca postingan di sini. Cekidot!

Kritik dan saran bisa kirim ke emai: desitaw97@gmail.com




[1] Dalam bahasa jawa, mengacu pada makna gila