Senin, 02 September 2019

Review Film “Ready or Not”



Halo! Belum lama ini aku menonton film horor-thriller yang keren di bioskop pada hari perdananya tayang di Indonesia. Film itu membuatku ingin terus membahasnya dan rasa menggebu untuk merekomendasikannya pada orang lain begitu bergemuruh. So, here we are.


Kusisipkan sinopsis film yang kuambil dari Cinema XXI:
Ready or Not adalah kisah seorang pengantin muda (Samara Weaving) ketika ia bergabung dengan keluarga besar suami barunya (Mark O’Brien) yang kaya dan eksentrik (Henry Czerny, Andie MacDowell, Adam Brody, Melanie Scrofano) dalam tradisi keluarga yang berubah menjadi permainan mematikan dengan semua orang berjuang untuk bertahan hidup.

Penyajian Cerita
Sejak awal, premis ceritanya sudah sangat memikat sehingga ekspektasiku cukup tinggi. Dan benar saja, film ini memang mengagumkan! Serasa naik roll coaster tanpa sabuk pengaman. MENDEBARKAN tapi nagih. Kita bisa ketakutan sekaligus terbahak-bahak di saat yang bersamaan. Beberapa scene juga menampilkan visualisasi indah (tapi masih pada jalur) yang mana sangat jarang bisa ditemui dalam genre sejenis. Dengan kata lain, sinematografinya jempolan. Film 17+ ini mengandung unsur gore (dan kata-kata kasar) yang tidak berlebihan sehingga tidak membuat jijik, itu lebih mendekati realistis. Bahkan perubahan kostum pemeran utama akibat situasi yang dialaminya disorot dengan amat baik.


Yang luar biasa, sama sekali tak ada bagian yang membosankan. Penulis dan sutradara tahu betul menempatkan humor-serius di sela-sela bagian menegangkan dan mengerikan dengan porsi yang tepat sehingga tidak merusak teror yang dibangun. Sedikit unsur mistis yang sudah ditabur sejak awal dan menjadi kunci cerita juga hadir secara halus sehingga eksekusi endingnya memuaskan bagiku (tingkat ketertrimaan ini mungkin akan berbeda bagi sebagian orang). Aku menyukai film ini sebagaimana menyukai seri Final Destination (khususnya film pertama sampai ketiga). Film-film yang demikian membuatku semakin mensyukuri hidupku yang biasa-biasa saja ini.

Musik
Poin plus lain yang tidak boleh dilewatkan adalah penataan suara. Selain berhasil mendukung suasana tiap adegannya hadir secara maksimal, musik yang ikut mendukung film ini juga hadir secara khas. Salah satu favoritku adalah lagu yang diputar saat permainan hide and seek (petak umpet). Itu kok lagu pas banget sama vibe filmnya, lucu tapi ya nyeremin juga, terutama bagi penonton yang memang sejak awal tahu arahnya ke mana, beda sama tokoh utamanya yang awalnya masih (kelewat) ‘polos’.

Karakter Favorit
Sekalipun bolak-balik dari menyukai dan tidak menyukai karakter Daniel, pada akhirnya jelas karakter ini menjadi yang amat paling kusukai. Dia bukan orang yang benar-benar baik, tapi dia sadar akan hal itu dan tidak membiarkan dirinya tetap jadi orang berengsek. Itulah yang membuatnya jadi semakin berharga. Karakter lain yang kusuka tak lain adalah pasangan suami-istri Fitch dan Charity. Keduanya rada-rada bikin kesel tapi juga bikin ngakak, terutama si Mbak Charity yang tingkat kesintingannya minta dibogem. Terakhir tentu saja sang protagonis Grace. Uh, malang sekali nasib malam pertamamu Mbak, sini dedek peluk. Wkwkwk. Sebenarnya semua antagonis di sini tidak benar-benar buruk mengingat apa yang mereka yakini dan perjuangkan (kecuali si pelayan pria yang ingin kuterikkan, “GO TO HELL!”), tapi tetap saja itu bukan pilihan yang patut dicontoh.


Saat ini filmnya masih tayang di bioskop, jadi jika kalian tertarik setelah membaca ulasan ini, sempatkanlah waktu untuk menonton langsung di bioskop dan dapatkan ketegangan yang lebih memuaskan. Selamat menahan napas dan selamat mengumpat sepuas-puasnya! Hahahaha.

Oh iya, jika masih ingin bertanya-tanya, silakan tinggalkan komentar. Nanti akan saya jawab dengan senang hati.

0 komentar:

Posting Komentar