Judul:
Write Me His Story
Penulis:
Ary Nilandari
Ilustrasi
Sampul dan Isi: Muhammad Kumara Dandi
Penyunting
Naskah: Prisca Primasari dan Rangga Saputra
Penerbit:
Pastel Books
Terbit:
Cet. I, Agustus 2018
Jumlah
Halaman: 452
ISBN:
978-602-6716-40-8
Harga:
Rp 90.000,-
*Blurb*
Wynter
Mahardika tidak pernah menulis buku harian. Untuk apa? Enam belas tahun
hidupnya berantakan. Mum, Dad, dan ibu tiri, hanya singgah sesaat lalu
membiarkannya tumbuh seperti semak liar. Selain mata biru dan darah
British-nya, tidak ada yang menarik untuk dicatat. Kejailannya pada
cewek-cewek? Ah, itu cuma pelampiasan kebencian pada makhluk satu itu.
Kemudian
muncul Wynn, cowok adik kelas yang serba kebalikan dari Wynter. Wynn meminta
Wynter menjadi penggantinya sebagai sahabat untuk Hyacintha dan menulis buku
harian bersama cewek itu.
Cewek?
Menulis harian pula? Kurang kerjaan banget. Lagian, Wynn mau ke mana?
Setelah
Wynn berjanji membantunya meraih kembali keluarga tercinta, Wynter pun
menyanggupi. Ternyata tugas itu tidak mudah. Wynter lebih berfokus pada Wynn
yang ia sayangi kayak adik sendiri, dan kebenciannya pada cewek susah hilang.
Demi
Wynn, Wynter berusaha menjadi sahabat yang baik, tapi masalah baru datang: ia
jatuh cinta dengan Hya. Bagaimana ia bisa menjaga amanat Wynn?
********
Write Me His Story,
karya pertama Kak Ary Nilandari yang kubaca. Berkisah seorang bocah lelaki
korban broken home yang menyerah
untuk dicintai kembali. Prasangka membuatnya apatis memandang segala hal
terlebih jika itu berkaitan dengan sosok perempuan. Mengenyahkan sesuatu yang
sebenarnya dia inginkan. Dia butuhkan.
Aku telah membenci karena tahu, merindu itu lebih
menyakitkan. Tapi dengan membenci, ternyata kerinduan juga tidak hilang,
[Halaman 148]
Kehadiran
Wynn perlahan mengubahnya. Mencairkan hatinya yang pernah membeku. Akan tetapi
waktu mereka terbatas dan masih banyak hal yang harus diselesaikan. Menulis
buku harian bersama Hya, sahabat Wynn sejak kecil adalah salah satunya. Mengisi
buku yang mereka sebut sebagai WMHS ini jadi rumit ketika perasaan lain
diam-diam menjerat Wynter. Ia terancam tak bisa lagi berperan sebagaimana
rencana semula.
Kehidupan memang enggak sempurna, tapi punya
momen-momen sempurna.
[Halaman 256]
v Cover, Layout, Ilustrasi
Cover buku yang
didominasi warna putih dan biru serta sesosok pemuda kurasa cocok untuk
menggambarkan sosok Wynter yang lekat dengan nuansa musim dingin. WMHS yang
berjatuhan dengan mengusung warna orange
memberikan kehangatan tersendiri. Eye catching! Masih membahas cover,
penambahan informasi “The Most Emotional Story on Wattpad” juga menjadi daya
tarik bagi pembaca yang sedang mencari buku dengan emosi yang berkecamuk karena
memang begitulah gambaran novel ini.
Layoutnya rapi dan
nggak bikin boring. Perpaduan format cerita berupa chat line, e-mail, penggalan
diary dan sejenisnya merupakan nilai plus tersendiri. Variasi font yang dipakai
untuk membedakan dengan cerita utama juga sangat membantu pembaca agar tidak
rancu.
Ilustrasi isi, meski
tak terlalu banyak, tapi sudah cukup memberi penyegaran pada mata mengingat
betapa tebalnya buku ini. kalau boleh disamakan, mungkin gambar di dalamnya
setipe ilustrasi komik atau webtoon. Satu detail yang rasanya mengganjal adalah
ilustrasi di halaman 240 di mana rambut Hya digambarkan tergerai, padahal di
halaman 241 diterangkan Hya sedang kucir satu. Detail remeh tapi semoga bisa
lebih diperhatikan ke depannya.
v Tema, Judul
Mengangkat tema
keluarga, persahabatan serta hidup. Membuka mata kita lebih memeperhatikan dan
menghargai apa yang masih kita genggam. Tak lupa dihiasi bumbu romansa ala anak
ABG yang menggemaskan serta selipan selentingan agama dan perjalanan spiritual
salah seorang tokoh di dalamnya membuat novel ini makin kaya.
Tentang pengingkaran dan kemarahan. Tentang
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Lalu, pada akhirnya, kepasrahan dan
penerimaan.
[Halaman 94]
Write Me His Story yang
diusung sebagai judul novel begitu erat kaitannya dengan benang merah cerita
berupa buku diary WMHS. Hanya saja kepanjangan WMHS sendiri memang multitafsir.
Bahkan Wynter sering membuat kepanjangan-kepanjangan konyol dari inisial tadi. Dia
mah emang kelewat kreatif orangnya.
v Karakter, Chemistry
Wynter
Mahardika, cowok blasteran yang sejak usia 8 tahun pindah dari London ke
Indonesia, sekarang kelas 1 SMA Darmawangsa. Hidupnya yang terkesan sendu
rasanya pingin narik dia ke dalam pelukan dan kasih puk-puk biar sedihnya
hilang. Kalau kata Wynn sih:
Wynter adalah the
loneliest boy on Eart, makhluk asing yang mengasingkan diri dan akhirnya
beneran terasing.
[Halaman 413]
Seorang
yang apatis, enggak mau dekat-dekat cewek, tajam mulut, berpenampilan
berantakan terutama ketika mengenakan seragam, suka bolos kelas, dan biangnya troublemaker
(kelewat iseng juga). Meski begitu dia masih tetap populer di kalangan para
remaja putri berkat ketampanan dan pesona mata birunya. Dia juga punya auditory memory, dan lumayan jago wushu.
Tipe cowok cool yang aslinya kocak. Orang yang sangat setia kawan serta aslinya
so sweet. Bikin gemeslah pokoknya.
If
you don’t want a sarcastic answer, don’t ask a stupid question!
[Halaman 350]
Kasiha Wynn. Anak saleh itu jadi kelaparan mengikuti
anak salah.
[Halaman 179]
Wynn
Maharesi. Anak bungsu dari tiga bersaudara yang semuanya cowok. Senang musik
dan main piano. Punya hati bak malaikat yang sayangnya punya masalah urgent. Gak tega aku, pingin ikut manjain
dia juga.
Kupikir, berdamai dengan keadaan bukan berarti
menyerah kalah.
[Halaman 286]
Hyacintha
Sheridani. Spoiler akut, pandai mendongeng, sahabat Wynn sejak kecil. Gak cuma
Wynter yang ngerasa dia tipikal cewek banget, aku yang cewek aja ngerasa gitu
(kalah saing, wkwkwk)
Karakter
lain yang gak kalah loveable itu ada Bang Enver dan Bang Ryan kakak Wynn serta Raiden
sepupu Wynn. Ya ampun, keluarga itu penuh orang yang mempesona. Btw, ini semua karakternya punya nama yang agak sulit (dilafalkan atau diingat) tapi juga unik dan antimainstream. Plus kalo dihubungkan sama karakter mereka, rasanya cocok bangeeeet.
Untuk
masalah chemistry, aku paling suka chemistry-chemistry para cogannya. Bromance gitu
deh. Bukan berarti bumbu romance yang asli gak asyik, tapi tetep aja aku lebih
suka kekonyolan dan keseruan para karakter cowok.
v Setting
Berlatar
dominan kota Bandung. Setting sekolah Darmawangsa di sini kubayangkan kayak
sekolah-sekolah elite. Jadi secara keseluruhan membuat novel ini bernuansa
mewah. Kok perkataanku jadi seolah-olah ngebahas fairytale ya? Hehe.
Sekolah? Apa itu? Rasanya asing dan berjarak ribuan
tahun cahaya. Oke, lebay. Tapi siapa yang bernafsu sekolah dalam situasi
seperti ini?
[Halaman 237]
v Gaya Bahasa, Dialog, Sudut Pandang
Gaya
bahasa khas remaja dengan segala emosinya yang berapi-api. Paling suka
sarkasnya Wynter dan sumpah-serampah/umpatannya yang kreatif seperti tikus peyot!
Kalkun kutuan!, dst. Bukannya membuat naik pitam, malah bikin pingin ngakak.
Batal marah deh.
Banyak
juga dialog-dialog yang menyentuh dan quotable. Selipan nasehatnya juga nggak
terkesan menggurui. Sambil lalu tapi jleb di hati.
Diceritakan
dari sudut pandang Wynter, dijamin nggak akan bikin kamu bosan. Dia anak yang
benar-benar menyenangkan dan sering mengoyak hati. Siap-siap lumer aja.
v Alur, Konflik, Emosi
Kamu percaya, ada persahabatan yang tulus antara cowok dan
cewek? Kayak soulmate, saling menyayangi tanpa ada perubahan rasa sampai ...
akhir?
[Halaman 7]
Pace
alurnya terkontrol. Kita bakal dibawa naik turun dengan fluktuasi emosi yang
ada. Konfliknya rumit, tapi nggak sampai bikin sakit kepala. Jumlah halaman
yang tebal benar-benar membantu untuk menggali emosi dan menarik simpati akan
kisah yang tersaji.
Kamu nggak akan
menyesal harus bergulat dengan 425 halaman karena hasilnya bakal sepadan. Aku nggak
yakin bakal mengalami efek yang sama kalo jumlahnya dipangkas hanya demi
menekan biaya produksi. So, nggak heran buku ini juga minta biaya yang lumayan
besar. Tapi melihat harga pasaran buku sekarang, kayaknya harga segitu masih
wajar bahkan tergolong murah mengingat kualitas cetakannya.
v Ending, Pesan
Aku suka endingnya. Semua
rasa penasaranku terjawab sudah. Banyak pesan yang terselip di novel ini, tapi
yang paling bisa mewakili cerita menurutku adalah kenyataan bahwa setiap orang
punya masalahnya masing-masing (demons yang harus mereka lawan), dan kita nggak
bisa mengukur atau membanding-bandingkannya. Just kill them!
Secara
keseluruhan, buku ini sangat kurekomendasikan buat para remaja ataupun yang
telah berhasil melewati fase itu, karena masih banyak hal yang bisa kamu
pelajari dari sana. Terakhir, tips untuk calon pembaca, lebih baik kalian
membaca novel ini di tempat yang tenang, jadi kalian tak akan terlalu malu jika
nantinya menyadari diri kalian telah larut terbahak-bahak atau justru menangis
sesenggukan.
Play the moments. Record the happiness. Pause the
fear. Stop the pain. Rewind the memories.
[Halaman 255-256]
For Wynterians, go hug your parents now, and tell
them, “I love you”.
[Halaman 5]