Selasa, 07 Juni 2016

Fall Always Sore_#Edisi Hasil Ngayal

Hola! Lama enggak posting, ternyata ada temen yang tanya... Hehe, jadi berasa dinanti. Dinanti tulisannya maksud gue. Oke deh, silahkan membaca bagi yang berminat.
Fall Always Sore
Oleh: Desita W

Wildan tengah bersandar di depan kelasnya. Salah satu ujung kakinya ia hentakkan ke lantai berulang kali sementara kedua mata elangnya terus menatap ke arah gerbang.
Setelah cukup lama, gadis yang sedari tadi ia nanti akhirnya tiba. Gadis itu terus berlari tanpa melihat Wildan yang melambai ke arahnya.
Menyadari gadis itu tak melihatnya, Wildan akhirnya berlari sekuat tenaga seraya memanggil gadis itu.
“Ocha!” seru Wildan lantang, membuat gadis itu menghentikan langkah dan memutar badan secara tiba-tiba. Wildan yang tak sempat memperlambat lajunya lantas mengubah haluan lima derajat ke kanan dan sukses tersungkur seorang diri.
Ocha yang sempat melihat ekspresi terkejut Wildan sebelum terjatuh berusaha menahan tawa sambil membantu Wildan berdiri.
“Kamu enggak apa-apa? Maaf ya! Kamu sih aneh tiba-tiba manggil.”
“Yang aneh itu kamu! Yang namanya lari terus mau berhenti itu pasti ngurangin dulu kecepatannya. Bukan tiba-tiba berhenti gitu aja!” Wildan yang tak terima disalahkan kini dengan putus asa balik mengomeli Ocha yang sepertinya lupa menerapkan hukum III Newton yang sebenarnya dapat membahayakannya karena bisa saja tadi ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Tapi sepertinya hal itu tidak terjadi karena toh dia masih baik-baik saja.
Ocha hendak kembali protes namun segera ia urungkan karena melihat telapak tangan Wildan yang berdarah. Ia mengernyit membayangkan perih yang dirasakan Wildan lantas menawarinya bantuan.
“Mau kuobati?” tawar Ocha tulus.
“Tentu! Kamu kan harus tanggung jawab!” tegas Wildan dengan nada yang sedikit ketus, membuat Ocha menautkan kedua alis matanya dan sedikit menarik tubuhnya ke belakang.
“Kenapa? Protes?” Tantang Wildan.
Ocha ingin langsung pergi saat itu juga. Tapi ketika Wildan kembali meringis kesakitan, ia jadi tak sampai hati meninggalkannya. Dengan sedikit dongkol, Ocha mendengus pelan dan dengan terpaksa membawa Wildan ke UKS[1].
Wildan duduk diatas ranjang, matanya tak berhenti menatap Ocha yang tengah mengobatinya. Sesekali matanya terpejam menahan sakit kemudian kembali terbuka untuk kembali menatap Ocha. Lain halnya dengan Ocha yang bahkan tak berani melirik Wildan, takut pemuda itu akan kembali mengomelinya.
Ocha hanya terfokus pada luka di depannya. Dengan hati-hati ia membersihkan luka itu dengan revanol, menyiramnya dengan obat merah kemudian menutupnya dengan kasa yang diplester agar menghentikan pendarahannya. Meski ia melakukannya dengan pelan, ia yakin hal itu tetap membuat Wildan kesakitan sehingga membuatnya tetap merasa bersalah.
“Maaf,” ucap Ocha lagi yang entah sudah kesekian kalinya. Ia terus menunduk seraya membereskan obat-obatan yang tadi diambilnya dan kembali meletakkannya ke lemari kaca.
“Kalau bicara itu tatep lawan bicara kamu.” Jawab Wildan sebelum pergi dengan tetap tak membalas permintaan maaf Ocha.
****
Wildan dan sahabatnya Reza menghampiri salah satu tenda yang ia yakini sebagai tenda dari sekolahnya yang tengah mengikuti Kemah Jumbara kali ini.
“Ocha mana?’ tanyanya ketika melihat Bella, salah seorang yang ia kenali sebagai sahabat Ocha.
“Masih cerdas tangkas, tapi sebentar lagi juga balik.” Wildan mengangguk.
“Owh iya, ini buat kalian!” lanjut Wildan seraya menyerahkan kantung plastik berisi jajanan.
“Yakin buat kita nih? Enggak cuma buat Ocha?” goda sahabat Ocha itu yang hanya dibalas senyum oleh Wildan.
Reza yang melihat muka Wildan memerah setelah digoda hanya bisa ikut tersenyum kemudian mengajaknya duduk.
“Eh Wil, itu Ocha!” tunjuk Reza melaporkan apa yang dilihatnya, membuat Wildan mengikuti arah telunjuk Reza. Orang yang mereka bicarakan mendekat dengan berlari-lari kecil.
“Fahmi udah ngambil makan malam kita?” tanya Ocha kepada semua temannya di tenda.
“Kayaknya belum deh, tadi dia dipanggil buat laporan penampilan entar malem.”
“Aduh, kalau enggak diambil sekarang ntar kita enggak bakalan sempet lagi. Ada yang bawa motor selain Fahmi?” tanya Ocha mulai panik. Sementara yang lain menggeleng.
Melihat keributan kecil itu, Wildan akhirnya angkat bicara. “Mau aku anter buat ngambil? Aku nganggur kok”
“Udah Cha, terima aja. Selain Fahmi, kan cuma kamu yang tahu dimana tempatnya.” Bisik Bella sepelan mungkin.
“Oke deh!” Ocha mengangguk kemudian berjalan ke arah gerbang.
Wildan tersenyum, melayangan tangannya untuk ber-five high dengan Reza sebelum berlari menyusul Ocha yang sudah berjalan lebih dulu.
****
Ocha dan Wildan kembali dengan dua kantung plastik ukuran jumbo berisi beberapa kotak makanan di tangan masing-masing. Penerangan yang minim di area parkir membuat Wildan tersandung beberapa kali dan membuatnya hampir terjatuh.
Ocha menghembuskan nafas prihatin. “Kamu enggak bisa lebih hati-hati lagi ya? Sering banget jatuh, atau seenggaknya hampir,,,”
“Ye, aku selalu hati-hati kok. Tapi enggak tahu kenapa jadi sering jatuh kaya gini kalo deket kamu. Kamu yakin bukan Baek Ho Dae Sal[2], Bahu Laweyan[3] atau titisan Moros[4]? Canda Wildan dengan membawa-bawa mitos korea, Jawa dan Yunani yang pernah ia dengar tetapi sebenarnya sama sekali tak ia percayai.
“Hei tuan beruntung, kalo kamu pikir aku pembawa sial ya jangan deket-deket aku. Kan lumayan jadi enggak jatuh lagi” Ocha yang juga paham dengan ketiga mitos yang diucapkan Wildan membalas dengan nada pura-pura kesal, membuat pemuda itu justru terkekeh.
“Jangan marah dong. Kalau buat kamu sih, aku rela jatuh ratusan kali meski kamu enggak mau ngobatin aku. Bahkan mungkin, aku udah ratusan kali jatuh tiap harinya. Ratusan kali ‘jatuh’ cinta sama kamu.”
Ocha tersenyum samar mendengar gurauan Wildan. “Jatuh itu kan sakit, enggak terkecuali jatuh cinta. Kalau kamu emang sayang sama aku, mending kamu bangun cinta dengan panjatin doa sama yang di atas. Ntar kalo udah nyukup modal, baru deh datengin orang tua aku. Hehe.” Balas Ocha yang enggak kalah ngawur.
Entah percakapan itu memiliki makna atau enggak buat keduanya, yang jelas mereka sama-sama tersenyum menuju perkemahan dan ngelanjutin rutinitas. Makan malam bareng!
[Ciye,,, *Maksudnya makan bareng temen-temen ya. ;) ]




[1] Unit Kesehatan Sekolah.
[2] Pembawa sial
[3] Perempuan pembawa sial
[4] Dewa malapetaka
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar