Hola! Lama enggak posting, ternyata ada temen yang
tanya... Hehe, jadi berasa dinanti. Dinanti tulisannya maksud gue. Oke deh,
silahkan membaca bagi yang berminat.
Fall Always Sore
Oleh: Desita W
Wildan tengah bersandar di depan
kelasnya. Salah satu ujung kakinya ia hentakkan ke lantai berulang kali
sementara kedua mata elangnya terus menatap ke arah gerbang.
Setelah cukup lama, gadis yang
sedari tadi ia nanti akhirnya tiba. Gadis itu terus berlari tanpa melihat
Wildan yang melambai ke arahnya.
Menyadari gadis itu tak melihatnya,
Wildan akhirnya berlari sekuat tenaga seraya memanggil gadis itu.
“Ocha!” seru Wildan lantang,
membuat gadis itu menghentikan langkah dan memutar badan secara tiba-tiba.
Wildan yang tak sempat memperlambat lajunya lantas mengubah haluan lima derajat
ke kanan dan sukses tersungkur seorang diri.
Ocha yang sempat melihat ekspresi
terkejut Wildan sebelum terjatuh berusaha menahan tawa sambil membantu Wildan
berdiri.
“Kamu enggak apa-apa? Maaf ya! Kamu
sih aneh tiba-tiba manggil.”
“Yang aneh itu kamu! Yang namanya
lari terus mau berhenti itu pasti ngurangin dulu kecepatannya. Bukan tiba-tiba
berhenti gitu aja!” Wildan yang tak terima disalahkan kini dengan putus asa balik
mengomeli Ocha yang sepertinya lupa menerapkan hukum III Newton yang sebenarnya
dapat membahayakannya karena bisa saja tadi ia kehilangan keseimbangan dan
terjatuh. Tapi sepertinya hal itu tidak terjadi karena toh dia masih baik-baik
saja.
Ocha hendak kembali protes namun
segera ia urungkan karena melihat telapak tangan Wildan yang berdarah. Ia mengernyit
membayangkan perih yang dirasakan Wildan lantas menawarinya bantuan.
“Mau kuobati?” tawar Ocha tulus.
“Tentu! Kamu kan harus tanggung
jawab!” tegas Wildan dengan nada yang sedikit ketus, membuat Ocha menautkan
kedua alis matanya dan sedikit menarik tubuhnya ke belakang.
“Kenapa? Protes?” Tantang Wildan.
Ocha ingin langsung pergi saat itu
juga. Tapi ketika Wildan kembali meringis kesakitan, ia jadi tak sampai hati
meninggalkannya. Dengan sedikit dongkol, Ocha mendengus pelan dan dengan
terpaksa membawa Wildan ke UKS[1].
Wildan duduk diatas ranjang,
matanya tak berhenti menatap Ocha yang tengah mengobatinya. Sesekali matanya
terpejam menahan sakit kemudian kembali terbuka untuk kembali menatap Ocha.
Lain halnya dengan Ocha yang bahkan tak berani melirik Wildan, takut pemuda itu
akan kembali mengomelinya.
Ocha hanya terfokus pada luka di
depannya. Dengan hati-hati ia membersihkan luka itu dengan revanol, menyiramnya
dengan obat merah kemudian menutupnya dengan kasa yang diplester agar
menghentikan pendarahannya. Meski ia melakukannya dengan pelan, ia yakin hal
itu tetap membuat Wildan kesakitan sehingga membuatnya tetap merasa bersalah.
“Maaf,” ucap Ocha lagi yang entah
sudah kesekian kalinya. Ia terus menunduk seraya membereskan obat-obatan yang
tadi diambilnya dan kembali meletakkannya ke lemari kaca.
“Kalau bicara itu tatep lawan
bicara kamu.” Jawab Wildan sebelum pergi dengan tetap tak membalas permintaan
maaf Ocha.
****
Wildan dan sahabatnya Reza
menghampiri salah satu tenda yang ia yakini sebagai tenda dari sekolahnya yang
tengah mengikuti Kemah Jumbara kali ini.
“Ocha mana?’ tanyanya ketika
melihat Bella, salah seorang yang ia kenali sebagai sahabat Ocha.
“Masih cerdas tangkas, tapi
sebentar lagi juga balik.” Wildan mengangguk.
“Owh iya, ini buat kalian!” lanjut
Wildan seraya menyerahkan kantung plastik berisi jajanan.
“Yakin buat kita nih? Enggak cuma
buat Ocha?” goda sahabat Ocha itu yang hanya dibalas senyum oleh Wildan.
Reza yang melihat muka Wildan
memerah setelah digoda hanya bisa ikut tersenyum kemudian mengajaknya duduk.
“Eh Wil, itu Ocha!” tunjuk Reza
melaporkan apa yang dilihatnya, membuat Wildan mengikuti arah telunjuk Reza.
Orang yang mereka bicarakan mendekat dengan berlari-lari kecil.
“Fahmi udah ngambil makan malam
kita?” tanya Ocha kepada semua temannya di tenda.
“Kayaknya belum deh, tadi dia
dipanggil buat laporan penampilan entar malem.”
“Aduh, kalau enggak diambil
sekarang ntar kita enggak bakalan sempet lagi. Ada yang bawa motor selain
Fahmi?” tanya Ocha mulai panik. Sementara yang lain menggeleng.
Melihat keributan kecil itu, Wildan
akhirnya angkat bicara. “Mau aku anter buat ngambil? Aku nganggur kok”
“Udah Cha, terima aja. Selain
Fahmi, kan cuma kamu yang tahu dimana tempatnya.” Bisik Bella sepelan mungkin.
“Oke deh!” Ocha mengangguk kemudian
berjalan ke arah gerbang.
Wildan tersenyum, melayangan
tangannya untuk ber-five high dengan
Reza sebelum berlari menyusul Ocha yang sudah berjalan lebih dulu.
****
Ocha dan Wildan kembali dengan dua
kantung plastik ukuran jumbo berisi beberapa kotak makanan di tangan
masing-masing. Penerangan yang minim di area parkir membuat Wildan tersandung
beberapa kali dan membuatnya hampir terjatuh.
Ocha menghembuskan nafas prihatin.
“Kamu enggak bisa lebih hati-hati lagi ya? Sering banget jatuh, atau
seenggaknya hampir,,,”
“Ye, aku selalu hati-hati kok. Tapi
enggak tahu kenapa jadi sering jatuh kaya gini kalo deket kamu. Kamu yakin bukan
Baek Ho Dae Sal[2], Bahu
Laweyan[3] atau titisan Moros[4]?
Canda Wildan dengan membawa-bawa mitos korea,
Jawa dan Yunani yang pernah ia dengar tetapi sebenarnya sama sekali tak ia
percayai.
“Hei tuan beruntung, kalo kamu
pikir aku pembawa sial ya jangan deket-deket aku. Kan lumayan jadi enggak jatuh
lagi” Ocha yang juga paham dengan ketiga
mitos
yang diucapkan Wildan membalas dengan nada pura-pura kesal, membuat pemuda itu
justru terkekeh.
“Jangan marah dong. Kalau buat kamu
sih, aku rela jatuh ratusan kali meski kamu enggak mau ngobatin aku. Bahkan mungkin,
aku udah ratusan kali jatuh tiap harinya. Ratusan kali ‘jatuh’ cinta sama kamu.”
Ocha tersenyum samar mendengar
gurauan Wildan. “Jatuh itu kan sakit, enggak terkecuali jatuh cinta. Kalau kamu
emang sayang sama aku, mending kamu bangun cinta dengan panjatin doa sama yang
di atas. Ntar kalo udah nyukup modal, baru deh datengin orang tua aku. Hehe.” Balas
Ocha yang enggak kalah ngawur.
Entah percakapan itu memiliki makna
atau enggak buat keduanya, yang jelas mereka sama-sama tersenyum menuju
perkemahan dan ngelanjutin rutinitas. Makan malam bareng!
[Ciye,,, *Maksudnya makan bareng
temen-temen ya. ;) ]
0 komentar:
Posting Komentar