Dok Pribadi |
Identifikasi
Buku
Judul
Buku : Carlos
Penulis : Erin Cipta
Penerbit : DIVA Press
Cetakan : I/ Februari 2017
Halaman : 152
ISBN : 978-602-391-366-4
Peresensi : Desita Wahyuningtias
Apa yang membuat kita
ragu akan sesuatu terkadang karena ketidakyakinan bahwa kita mampu.
Kekurangan-kekurangan kita menjadi tembok pembatas yang kita ciptakan sendiri.
Bagaimana dengan kasih sayang? Apakah kita harus menjadi layak terlebih dahulu
untuk menerima kasih sayang? Ataukah kita harus menjadi mampu terlebih dahulu
untuk memberi kasih sayang?
Erin Cipta lewat novelnya
yang berjudul Carlos membuktikan bahwa kasih sayang tidak bersyarat. Bahwa
kasih sayang tidak hanya hinggap untuk orang yang layak dan tidak hanya mampu
diberikan oleh orang yang sempurna tanpa celah.
Novel Carlos bercerita
tentang persahabatan Ye Feng, seorang lelaki istimewa dengan seekor Anjing dari
ras Akita Inu. Ye Feng sudah mengadopsi Carlos dari selter penampungan
sementara binatang terlantar sejak usianya yang ke-13. Meski dengan segala
keterbatasannya sebagai pengidap down
syndrom, Ye Feng terbukti mampu menyayangi Carlos sebagai bagian dari
keluarganya.
Perpaduan Ye Feng yang
terjebak dalam alam pikir anak-anak dan Carlos si anjing lincah menjadi begitu
serasi. Mereka sering menghabiskan waktu untuk sekadar bermain-main. Meski
tingkah keduanya sering menimbulkan kehebohan, tapi kehebohan mereka selalu berhasil
menerbitkan senyum siapa saja yang melihatnya. Bukan jenis kehebohan yang
menyebalkan.
Mereka
adalah cinta. Cinta tanpa syarat yang menebarkan kebahagiaan bukan saja untuk
mereka berdua, malainkan juga pada orang-orang di sekitarnya.
-halaman
52-
Ye Feng juga tak
segan-segan menunjukkan kepeduliannya dengan membuat sendiri makanan untuk
Carlos dengan resep yang diajarkan oleh ayahnya, Wu Mao Ching. Jika
memungkinkan, ia sendiri yang akan memandikan, mengajak jalan-jalan atau
perlakuan apapun yang sekiranya dibutuhkan Carlos. Hampir sebagian besar
waktunya ia habiskan dengan Carlos. Bahkan ketika anjing itu mulai
sakit-sakitan menunggu batas kehidupannya berakhir, Ye Feng tetap melakukan
yang terbaik untuk peliharaan, sahabat sekaligus keluarganya itu.
Ketulusan cinta kasih
sebagai seorang penyayang tak hanya ditunjukkan Ye Feng kepada Carlos,
melainkan hampir seluruh tokoh dalam novel tersebut seperti Keluarga Ye Feng
yang begitu sayang kepadanya tanpa pernah kecewa akan kondisinya, murid-murid
Ye Feng yang juga pengidap down syndrom,
serta tokoh-tokoh lain yang ikut tertular semangat cinta Ye Feng termasuk
Carlos sendiri.
Tapi tetap saja,
prosedur yang ditawarkan dunia nyata tidak semuanya berangkat dari kasih sayang
yang bisa menyetarakan hewan dengan manusia. Jadi ketika usulan mengenai
Eutanasia berembus, konflik semakin mengeruh. Untunglah pada akhirnya semua itu
bisa terselesaikan dengan damai. Penyelesaian yang mampu menghapus rasa
kebencian.
Selain pembahasan akan
cinta kasih yang menonjol, kita juga bisa menemukan beragam fakta unik berkaitan
dengan Taiwan. Bagaimana hubungan masyarakat dengan hewan peliharaan khususnya
anjing, bagaimana sikap masyarakat dan pemerintah menghadapi badai Soudelor,
bagaimana perlakuan dan posisi pengidap down
syndrom di mata masyarakat, hingga hubungan antar TKI (Tenaga Kerja
Indonesia) di Taiwan.
Membaca novel ini seperti
merekonstruksi hati. Belajar menerima satu paket individu lengkap dengan
kekurangan dan kelebihannya. Belajar mementingkan tindakan penyelesaian dari
pada mengeluhkan keadaan. Belajar mengusahakan tanpa henti sekaligus merelakan
yang telah terhenti. Mengajak kita menjadi penyayang tanpa syarat dan memperlakukan
cinta dengan selayaknya.
Cinta
yang tak pernah usai karena pemiliknya rajin memupuk dan menyiraminya, hingga
ia tumbuh, beranak-pinak, dan menyebar pada makhluk-makhluk di sekelilingnya.
-halaman 149-
*selesai ditulis sejak 02/06/2017, karena satu dan lain hal akhirnya baru bisa diposting sekarang
0 komentar:
Posting Komentar