Judul:
Penance
Penulis:
Minato Kanae
Penerbit:
Penerbit Haru
Penerjemah: Andry Setiawan
Penyunting: Prisca Primasari
Penyelaras Aksara: Francisca Ratna
Desain Sampul: Eky Priyagung
Penata Sampul: Propanardilla
Tahun Terbit: 2020
Halaman: 356 hlm.
ISBN: 978-623-7351-37-5
BLURB
“Meski
Tuhan mengampuni kalian, aku tidak.”
Lima
belas tahun lalu, seorang gadis kecil bernama Emily dibunuh di sebuah desa yang
tenang. Empat anak perempuan yang waktu itu sedang bermain bersama Emily tidak
bisa memberikan kesaksian berarti padahal mereka berjumpa dengan laki-laki
pembunuhnya. Akibatnya, penyelidikan pun mandek.
Ibu
almarhumah Emily tidak terima, memanggil keempat anak tersebut, kemudian
mengancam mereka,
“Temukan pelakunya
sebelum kasusnya kadaluwarsa, atau ganti rugi dengan cara yang bisa kuterima.
Jika tidak, aku akan membalas dendam kepada kalian.”
Ketika
keempat anak yang menanggung beban besar di pundak mereka itu tumbuh dewasa,
tragedi demi tragedi pun terjadi secara beruntun.
***
Huaaaa!
Dari blurbnya aja udah kebayang kan seberapa gereget ceritanya?!
Hal
pertama yang kupikirkan bukanlah siapa pelaku pembunuhnya, melainkan kenapa ibu
Emily (Asako-san) menyalahkan keempat bocah yang jadi saksi itu sampai
sebegitunya. Sosok-sosok ibu dalam Confessions (Minato Kanae) dan Holy Mother
(Akiyoshi Rikako) langsung berlompatan dalam kepala. Tapi sepanjang cerita
bergulir, sisi lain keempat saksi dan Asako terungkap dengan cukup mengejutkan
sehingga aku tidak bisa menyalahkan mereka. Bagiku, pembangunan
karakter-karakter di dalam buku ini luar biasa epic!
Setting
Penance adalah sekitar lima belas tahun setelah kejadian nahas yang menimpa Emily
di mana orang-orang yang dulu terlibat mengalami tragedi sehingga kenangan masa lalu
itu kembali menyeruak.
Penance
dibagi ke dalam 6 part dan masing-masing menggunakan POV yang berbeda dengan
alur waktu yang berurutan.
1. Boneka
Prancis (POV Sae) Ã
surat
2. Rapat
Darurat Asosiasi Guru-Wali Murid (POV Maki) Ã pidato
3. Kakak
Beradik Beruang (POV Akiko) Ã
konseling
4. Sepuluh
Bulan Sepuluh Hari (POV Yuka) Ã
tatap muka
5. Ganti
Rugi (POV Asako) Ã
surat
6. Pasal
Terakhir (POV orang ketiga)
Kecuali
bab terakhir, gaya peneritaan Penance bisa dikatakan semacam monolog. Kalau
kalian pernah membaca Confessions (Minato Kanae) atau Girls in The Dark
(Akiyoshi Rikako), pasti bisa mengira-ira.
Tiap
POV juga punya warna yang jelas sehingga sangat menarik membandingkan kejadian
berdasarkan kacamata penceritanya. Cara mereka menilai satu sama lain itu bikin
dag-dig-dug. Apalagi tiap babnya selalu menyuguhkan fakta/detail baru mulai
dari waktu sebelum kejadian, saat kejadian, maupun setelah kejadian. Cerita
mengenai kehidupan mereka sekarang juga sangat-sangat memikat untuk disimak. Plotnya
mulus dan page turner banget.
Penance
bukan tipe cerita yang menyembunyikan ledakan besar di akhir cerita, melainkan
twist-twist yang membuat pembaca bersorak di tiap babnya. Gila! Aku jadi nggak
yakin bahwa aku cukup waras karena justru bersemangat ketika mengetahui
fakta-fakta itu. Sementara itu endingnya lebih seperti “arghhh”-“huft”-“hiks”.
Hahaha, aku curiga cuma Hinata Shoyo yang paham maksudku. Yang jelas buku ini
bikin aku ingin standing applause
untuk Minato Kanae. Dalem banget pesannya.
Apalagi
terjemahan buku ini tuh beneran enak banget. Sekali mulai, rasanya nggak mau
berhenti buat baca. Belum lagi daya tarik cover buku versi terjemahan yang sulit
untuk ditolak. Kalau kalian beruntung dapetin cetakan pertama yang disertai
tanda tangan digital penulisnya, udah deh, lengkap keberuntungan kalian!
Oh
iya, selain hal-hal yang sudah kusampaikan di atas, masih ada beberapa poin
yang membuat Penance semakin menarik.
Ø Pikiran
polos anak-anak (kelas 4 SD) yang bikin hati gado-gado. Meski saat ini keempat
saksi sudah dewasa, tapi ketika mereka menceritakan apa yang mereka pikirkan
saat itu beneran bikin hati nggak karuan.
Ø Orang
kota & orang desa. Aku nggak bisa sebut ini semacam versus atau gimana,
tapi psikologi terkait cara pikir dan prasangka untuk masalah ini yang
diwakilkan dalam buku beneran relate sama yang pernah (atau mungkin masih) kurasakan.
Ø Boneka
Prancis. Fakta-fakta terkait bagaimana boneka ini dipandang oleh masyarakat di
sana jadi pembelajaran budaya tersendiri yang menurutku sangat menarik.
Terlebih, keterlibatan benda yang satu ini nggak cuma berhenti sebagai
pengetahuan sambil lalu. Perannya jauh lebih besar.
Ø Lagu
greensleeves dan obon. Dua hal ini cukup baru bagiku dan mungkin mulai dari
sekarang akan selalu mengingatkanku akan cerita Penance. Aku juga senang penulis
tidak hanya mengenalkan budaya Jepang obon ini semata sebagai setting budaya,
melainkan jadi salah satu kunci cerita.
Special
Offer Penance dibuka mulai dari tanggal 15 sampai 22 Mei 2020. Kalian bisa
menggunakan kode refferal PENEPDES untuk mendapatkan diskon 10%. Hanya berlaku
untuk pembelian di shopee Penerbit Haru Official Shop. Ini dia link-nya: https://shopee.co.id/product/7252083/4431721019?smtt=0.0.9